Pages

Monday, November 18, 2019

Terjebak Resesi, Ekonomi Hong Kong Diprediksi Makin Suram

Jakarta, CNBC Indonesia- Para akuntan Hong Kong melihat prospek ekonomi lokal yang suram di kota itu. Sebagaimana diketahui, Hong Kong kini bergulat dengan resesi, bukan cuma karena demonstrasi tapi juga perang dagang AS dan China.

Dua pertiga dari akuntan profesional yang disurvei oleh CPA Australia memprediksi, ekonomi Hong Kong akan mengalami kontraksi pada 2020. Resesi diperkirakan masih akan terus berlanjut.


Itu mewakili kepercayaan ekonomi yang jatuh di kalangan responden. Tahun lalu, hanya seperlima dari para akuntan yang disurvei yang memprediksikan kontraksi Sementara setahun sebelumnya hanya 4% yang memperkirakan resesi.

Badan akuntansi tersebut mensurvei 207 anggotanya di Hong Kong antara 8 Oktober hingga 1 November. Hampir tiga perempat responden berpikir daya saing pusat ekonomi di Asia itu akan menurun.

"Tidak ada keraguan bahwa ketidakpastian eksternal dan lokal membuat responden kami cemas atas prospek ekonomi," kata Roy Lo, Presiden Divisi Greater China di CPA Australia.

"Melambatnya ekonomi global, perang dagang yang dipimpin AS, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah di China berdampak negatif terhadap ekonomi Hong Kong dan berlanjutnya kerusuhan membuat situasi sulit menjadi lebih buruk," katanya lagi sebagaimana dilansir dari South China Morning Post, Senin (18/11/2019).

Hong Kong secara resmi tergelincir ke dalam resesi teknis pada kuartal ketiga, karena ekonomi menyusut 3,2% dari kuartal sebelumnya. Seorang juru bicara pemerintah pada saat itu mengatakan pertumbuhan ekonomi kota telah memburuk secara tiba-tiba karena kerusuhan yang mencengkeram kota sejak awal Juni.

Akibat kerusuhan tersebut, turis menghindari Hong Kong dan konsumen tinggal di rumah. Ini menyebabkan beberapa restoran dan pengecer tutup karena kurangnya bisnis.

Sementara produk domestik bruto kuartal ketiga, menyusut 2,9% dari tahun ke tahun, kontraksi terbesar dalam satu dekade.

Menurut CPA, 43% akuntan kota berpikir bahwa PDB Hong Kong tahun depan akan turun lebih dari 1%. Itu adalah perubahan besar dari ekspektasi pertumbuhan 2 hingga 2,9% dalam dua tahun terakhir.


Dalam upaya untuk mengatasi lingkungan bisnis yang sulit, 30% responden mengharapkan perusahaan mereka mengurangi jumlah karyawan, dua kali lipat dari 15% dalam survei tahun lalu. Bahkan setengahnya berpikir "manajemen biaya" akan menjadi fokus utama pada 2020, menunjukkan pola pikir yang lebih bijaksana.

"Untuk membangun kembali kepercayaan bisnis dan daya saing Hong Kong, CPA Australia mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan dalam meningkatkan posisi Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional," kata Roy Lo.

Dia menyarankan, dorongan berkelanjutan untuk pengembangan fintech dan pengenalan insentif pajak yang lebih bertarget akan membantu mencapai hal ini.

Berinvestasi dalam inovasi dan teknologi akan menjadi kunci dalam pertumbuhan jangka panjang yang kuat, menurut sepertiga dari responden dalam survei tahun ini.

"Kemajuan teknologi tidak akan berhenti mengganggu industri tradisional, dan mengubah model bisnis, terlepas dari perlambatan ekonomi global," kata Roy Lo.

"Bisnis setidaknya harus mengikuti tren teknologi untuk memenuhi perubahan kebutuhan pelanggan, peraturan baru dan praktik industri baru."

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Ovhgg2
via IFTTT

No comments:

Post a Comment