Pages

Tuesday, November 19, 2019

Menanti Kabar dari BI, Yuk Simak 6 Kabar dari Pasar

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa kemarin (19/11/2019) berhasil ditutup menguat 0,48% ke level 6.152,09 meski sempat terjerembab ke zona merah.

IHSG menghijau saat mayoritas bursa saham utama kawasan Asia justru ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,53%, indeks Straits Times jatuh 0,69%, dan indeks Kospi melemah 0,34%.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan hari ini, Rabu (20/11/2019):

1.OJK: Penyelamatan Bank Muamalat Kewanangan Pemegang Saham
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan opsi penyehatan PT Bank Mualamat Tbk merupakan kewenangan pemegang saham perseroan.

Pernyataan ini disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Heru Kristiyana merespons pernyataan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyatakan saat ini masih belum menerima laporan OJK terkait opsi penyehatan Bank Muamalat.

"Penyehatan itu atau tambahan modal adalah kewenangan pemilik," kata Heru Kristiyana saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Selasa (19/111/2019).

2.Erick Thohir Tunjuk Fajar Harry Jadi Dirut Barata Indonesia
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir melakukan perombakan besar-besaran atas jajaran eselon I dengan tujuan memangkas birokrasi di tubuh kementerian ini.

Salah satunya Fajar Harry Sampurno, eks Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media, akhirnya digeser menjadi direktur utama salah satu BUMN, PT Barata Indonesia.

"Iya betul mba [jadi dirut Barata], salam," kata Fajar dalam pesannya ke CNBC Indonesia, Senin (19/11/2019).


3.RUPST TMPI Tak Kuorum Lagi, ke Mana Lagi Harus Mengadu?

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Sigmagold Inti Perkasa (TMPI) yang sudah dijaga aparat kepolisian, ternyata tidak kuorum lagi pada Selasa ini (19/11/2019). Ini berarti sudah dua kali RUPST tidak kuorum setelah pada 30 Oktober silam juga bernasib sama.

Padahal, RUPST ini sangat krusial untuk mengetahui komitmen pemilik perusahaan dan nasib investor pemegang saham ritel mengingat emiten tambang emas yang dulunya bernama PT Agis Tbk ini sudah didepak paksa oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) atau force delisting pada Senin 11 November 2019.

Berdasarkan pengamatan CNBC Indonesia di lokasi, RUPST yang dijaga empat orang polisi dan berlangsung di Hotel Amaris Pancoran itu hanya dihadiri 7% pemegang saham, sehingga tidak memenuhi batas minimal kuorum 51%.

4.Kasus Narada, Akankah OJK Periksa Broker Lain?
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan pemeriksaan atas perusahaan manajer investasi (MI), PT Narada Aset Manajemen masih terus dilakukan dan status suspensi (penghentian sementara penjualan produk) tersebut berlaku untuk semua produk perusahaan, bukan hanya 2 produk.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan informasi yang ada masih temuan awal.

"Kalau aku ngomong, kan ini masih pemeriksaan. Kan kasihan kalau salah. Temuan kita masih harus di konfirmasi, penjelasannya apa, dokumennya mana," kata Hoesen, di Jakarta, Senin kemarin (18/11/2019).

5. Produksi Emas, Pendapatan BRMS Diprediksi US$ 12,9 Juta
Saham PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS), anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), diproyeksi bisa terus menanjak, terutama dengan penjualan emas dan perak yang diperkirakan mulai berkontribusi pada 2020-2021.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu dalam risetnya mengatakan harga saham BRMS ditargetkan menjadi Rp 130/saham, naik lebih dari 2 kali lipat dibandingkan posisi Rp 54.

Dalam risetnya dia mengatakan pabrik pengolahan bijih emas menjadi dore bullion milik Anak usaha BRMS yakni Citra Palu Minerals di Poboya, Palu Sulawesi Tengah telah mencapai 90%. Dengan begitu, pada Januari 2020 diperkirakan bisa dilakukan trial production. Selain itu, Alokasi capex 2020 sebesar US$ 15 juta yang berasal dari internal cash.

6. Bunga Rendah, Penerbitan Obligasi Bisa Capai Rp 158 T di 2020
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memprediksi penerbitan obligasi korporasi di tahun depan akan meningkat 17% menjadi Rp 158,5 triliun dari proyeksi sepanjang tahun ini sebesar Rp 135,2 triliun. Katalis pendorong ramainya penerbitan instrumen surat ini adalah tren penurunan suku bunga acuan.

Ekonom Pefindo Fikri C Permana menilai, sepanjang tahun berjalan saja, otoritas moneter yakni Bank Indonesia sudah melonggarkan suku bunga acuan sebanyak 100 basis poin (bps) menjadi 5%.

Tentu, ini jadi katalis positif, sebab akan mendorong penurunan biaya dana atau cost of fund domestik dari penerbit obligasi.
(hps/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2pyZdwV
via IFTTT

No comments:

Post a Comment