Berikut kurs dolar AS di pasar NDF jelang penutupan pasar kemarin dibandingkan hari ini, Kamis (24/10/2019), mengutip data Refinitiv:
Periode | Kurs 24 Oktober (15:56 WIB) | Kurs 25 Oktober (6:43 WIB) |
1 Pekan | Rp 14.056,5 | Rp 14.048,5 |
1 Bulan | Rp 14.094,0 | Rp 14.086 |
2 Bulan | Rp 14.135,5 | Rp 14.135 |
3 Bulan | Rp 14.185,7 | Rp 14.184,5 |
6 Bulan | Rp 14.3143,3 | Rp 14.341,5 |
9 Bulan | Rp 14.510,2 | Rp 14.507 |
1 Tahun | Rp 14.685,0 | Rp 14.678,5 |
2 Tahun | Rp 15.427,1 | Rp 15.350 |
Berikut kurs Domestic NDF (DNDF), yang kali terakhir diperbarui pada 24 Oktober pukul 15:56 WIB:
Periode | Kurs |
1 Bulan | Rp 14.040 |
3 Bulan | Rp 14.150 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.
Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.
Rupiah pada perdagangan Kamis kemarin harus mengakhiri penguatan lima hari beruntun akibat aksi ambil untung (profit taking).
Salah satu penggerak rupiah Kamis kemarin adalah Bank Indonesia (BI) yang kembali memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober memutuskan untuk menurunkan bunga acuan BI 7-Day RR 25 bps menjadi 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Dengan keputusan kali ini, berarti BI sudah memangkas suku bunga dalam empat bulan berturut-turut. Dengan terus diturunkannya tingkat suku bunga, diharapkan dapat membantu pertumbuhan ekonomi untuk lebih ter-akselerasi.
Sementara itu Kamis malam Departemen Perdagangan AS melaporkan pada pesanan barang tahan lama AS turun 1,1% di bulan September secara month-on-month (MoM). Sementara, pesanan barang tahan lama inti (tak memasukkan sektor transportasi) turun 0,3% MoM. Penurunan tersebut lebih buruk dari prediksi Forex Factory masing-masing pada 0,5% dan 0,2%.
Buruknya data tersebut memberikan gambaran ekonomi AS yang sedang melambat, dan peluang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga di akhir bulan ini semakin menguat. Dolar menjadi tertekan, dan rupiah memiliki peluang menguat lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2JlbmMJ
via IFTTT
No comments:
Post a Comment