Pergerakan saham Apple menjadi pemberat pada penguatan indeks saham Amerika. Saham ini jatuh 1,9% setelah Goldman Sachs memangkas target harga untuk saham pembuat iPhone ini.
Secara mingguan, tiga indeks ini membukukan kenaikan hingga minggu berturut-turut, menutup satu minggu dimana pasar melihat adanya tanda-tanda bahwa perang dagang antara Amerika dan China mengalami kemajuan.
Pekan ini Beijing menyebut akan mengecualikan beberapa produk pertanian asal Amerika dan tarif tambahan setelah Presiden Donald Trump menyebut pihkanya bisa lebih terbuka untuk kesepakatan sementara.
Ini merupakan kesepakatan terakhir antara kedua negara sebelum di bulan depan keduanya akan melakukan pertemuan kembali di Washington.
"Harga saham Apple tertahan. Faktor lain adalah kita memiliki reli besar dalam imbal hasil US treasury 10 tahun secara substansial. Kedua faktor itu menahan pasar dan mengurangi antusiasme bahwa beberapa jenis kesepakatan perdagangan akan segera terjadi," kata Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di Spartan Capital Securities di New York, melansir Reuters.
Dari sisi ekonomi, penjualan ritel Amerika sepanjang Agustus diperkirakan mengalami kenaikan dua kali lipat. Departemen Perdagangan AS menyebutkan bahwa belanja konsumen yang kuat akan terus mendukung ekspansi ekonomi AS.
"Memasuki musim liburan, konsumen kemungkinan akan terus berbelanja, dan itu menjadi pertanda baik sejauh menyangkut ekonomi yang dipimpin konsumen," katanya.
Rendahnya perdagangan dan data penjualan ritel yang optimis meningkatkan imbal hasil (yield) treasury Amerika mencapai level tertinggi selama beberapa minggu terakhir.
Pelaku pasar saat ini masih menunggu keputusan Federal Reserve mengenai tingkat suku bunganya. Pasar memprediksi bank sentral ini akan menurunkan sebanyak 25bps suku bunganya pada pertemuan minggu depan.
(dru)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/30eJvDl
via IFTTT
No comments:
Post a Comment