Demikian terungkap dalam laporan Global economic risks and implications for Indonesia pada September 2019 seperti ditulis Senin (9/9/2019).
"Sistem Keuangan Indonesia memang cukup tahan terhadap gejolak. Namun ada dua area yang harus membutuhkan kebijakan khusus," tulis Bank Dunia.
Poin pertama adalah konglomerasi keuangan. Bank dunia mengungkapkan konglomerasi ini menguasai 88% aset perbankan.
Foto: Jiwasraya (CNBC Indonesia/Ranny Virginia Utami)
|
Namun ada beberapa gap atau jarak antara regulasi dan supervisi alias pengawasannya.
Bank Dunia menyarankan agar OJK membentuk divisi baru yang menaungi langsung pengawasan terhadap konglomerasi keuangan. Bank Dunia juga diminta untuk melakukan harmonisasi aturan, pengawasan risiko dan rating.
Selain itu, poin kedua, Bank Dunia menyoroti dua masalah kewajiban Asuransi Bumiputera dan Jiwasraya.
"Dua perusahaan (Bumiputera dan Jiwasraya) belum dapat memenuhi kewajibannya. Perusahaan mungkin tidak likuid dan membutuhkan perhatian segera," tegas Bank Dunia.
Ia meminta langkah khusus. Misalnya, penilaian secara luas dan terperinci atas kesenjangan aktuaria. Setelah itu segera dilakukan pemulihan dan penyelesaian.
Bumiputera sampai detik ini masih belum bisa membayar kewajibannya kepada nasabah yang sudah jatuh tempo polisnya. Sama seperti Bumiputera, Jiwasraya juga mengalami gagal bayar kepada 711 pemegang polis produk JS Plan Jiwasraya dengan nilai Rp 802 miliar.
Halaman Selanjutnya >> Jawaban OJK Atas Laporan Bank Dunia (NEXT)
(dru)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2URynes
via IFTTT
No comments:
Post a Comment