Pages

Friday, September 13, 2019

Mau ke Singapura? Rupiah Lagi Oke Nih, Simak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura anjlok pada perdagangan Jumat (13/9/19) kemarin, mengakhiri perdagangan di level Rp 10.163,08 atau melemah 0,05%. Tipis memang, tapi Mata Uang Negeri Merlion ini sudah dibuat anjok lima pekan beruntun oleh rupiah, hingga menyentuh level terlemah sejak Januari 2018.

Kondisi ekonomi Singapura yang memburuk memberikan tekanan bagi mata uangnya.

IHS Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur Singapura pada Agustus sebesar 48,7, turun tajam dibandingkan bulan sebelumnya 51. Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 berarti penurunan aktivitas atau kontraksi, sementara di atas 50 berarti peningkatan aktivitas atau ekspansi.

Angka 48,7 tersebut menunjukkan kontraksi terbesar yang dialami sektor manufaktur Singapura dalam tujuh tahun terakhir, melansir data Trading Economics.

Data yang dirilis sebelumnya menunjukkan inflasi Juli tercatat 0,4% year-on-year (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 0,6%, juga lebih rendah dari konsensus 0,55%, berdasarkan data Trading Economics.
 
Sementara jika dilihat secara bulanan atau month-to-month (MoM), Singapura mengalami deflasi 0,4%. Ini berarti Singapura kembali mengalami deflasi dua bulan berturut-turut.

Data inflasi tersebut seakan menegaskan ekonomi Singapura memang sedang lesu. Sepertinya prospek ekonomi Singapura pada kuartal III-2019 masih suram, setelah pada kuartal sebelumnya hanya tumbuh 0,1%.

Di awal bulan ini, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing, dalam acara Squawk Box di CNBC International hari ini mengatakan Singapura kemungkinan bisa lepas dari jurang resesi, tetapi ia juga mengakui kondisi eksternal saat ini dapat menyeret turun prospek pertumbuhan ekonomi.

Bulan lalu, Pemerintah Singapura sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonominya tahun ini menjadi 0%-1% dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,5%-2,5%.

Di sisi lain, rupiah sedang berjaya berkat data-data ekonomi yang bagus, serta membaiknya sentimen investor global.  

Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa nasional naik pada Agustus dibandingkan bulan sebelumnya. Cadangan devisa Indonesia tercatat US$ 126,4 miliar. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 125,9 miliar. Cadangan devisa Agustus merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018.

Di pekan ini, BI melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan dari Indeks Penjualan Riil (IPR) membaik pada Juli dengan pertumbuhan 2,4% year-on-year (YoY). Membaik dibandingkan Juni yang mengalami kontraksi alias minus 1,8%.

Kontrasnya data ekonomi dua negara membuat dolar Singapura tak berdaya di hadapan rupiah. Sepanjang tahun ini atau secara year-to-date dolar Singapura melemah 3,62%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/dru)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2LQR9yI
via IFTTT

No comments:

Post a Comment