Pertama, Indonesia kalah betulan dari sisi olahraga karena papan skor kala peluit panjang dibunyikan berada di angka 2-3. Tim Garuda kalah skor, dan ini adalah kekalahan yang hakiki.
Kekalahan kedua, suporter Indonesia berbuat ulah yang sama sekali tidak bisa dibenarkan. Mulai dari membuat koreografi tulisan yang tidak pantas hingga menyerang pendukung Harimau Malaya.
Insiden ini membuat Negeri Jiran sangat kecewa. Bahkan Malaysia sampai berencana melayangkan protes resmi kepada Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) dan Konfederasii Sepakbola Asia (AFC).
"Tidak ada tempat dalam sukan bola sepak untuk gejala hooliganisme dan gangsterisme dan oleh itu, kami telah membuat keputusan untuk mengambil tindakan dan sedang mengumpul bukti kukuh bagi melaporkan kejadian semalam kepada Persekutuan Persatuan Bola Sepak Antarabangsa (FIFA) dan Konfederasi Bola Sepak Asia (AFC)," demikian sebut keterangan tertulis Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM).
Jika Indonesia terbukti bersalah (sepertinya memang mustahil dibantah), maka sanksi FIFA tinggal menunggu waktu. Indonesia bisa dijerat pasal 58 FIFA Disciplinary Code tentang diskriminasi. Berikut gambaran pelanggaran dan sanksi yang mungkin dikenakan:
FIFA
|
Tidak hanya pasal 58, Indonesia juga berpotensi melanggar pasar 67 yang berbunyi sebagai berikut:
Foto: FIFA
|
Jadi, sanksi yang bisa dikenakan kepada Indonesia bisa berupa denda, pertandingan tanpa penonton, sampai diskualifikasi dari kompetisi. Kalau sampai Indonesia kena diskualifikasi, maka ucapkan selamat tinggal kepada Qatar 2022. Gagal lolos Piala Dunia karena kekalahan di pertandingan sepertinya lebih terhormat ketimbang 'diusir' seperti itu.
Di sepakbola Indonesia boleh kalah dari Malaysia. Bagaimana dengan kinerja ekonomi? Apakah Indonesia kalah lagi?
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(aji/hps)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2HSLBm9
via IFTTT
No comments:
Post a Comment