Namun akhir pekan ini, hubungan keduanya sepertinya kembali mesra. Bahkan China berencana membuka keran impor babi, yang sebelumnya ditutup akibat ketegangan kedua negara.
China resmi mengumumkan akan mengecualikan kenaikkan tarif untuk babi asal AS dan membuka pintu yang signifikan bagi produk pertanian AS ini. "Pasar Cina cukup besar dan ada potensi besar untuk mengimpor produk pertanian AS berkualitas tinggi," kutip South China Morning Post, melansir Xin Hua, Sabtu (14/9/2019).
Meningkatnya harga babi di China membuat kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu khawatir. Bahkan, pemerintah China menargetkan persoalan ini harus segera selesai sebelum ulang tahun ke-70 negara tersebut.
Pasalnya harga babi sudah naik sangat signifikan selama 17 bulan terakhir. Pada Agustus, harga daging babi naik 46,2% dibanding Juli lalu. Harga babi diperdagangkan sekitar 30-33 yuan atau sekitar US$ 4 per kilogram.
Kelangkaan daging babi terjadi karena penyakit flu babi afrika. Meski tidak menulari manusia, penyakit ini membuat pembantaian massal babi yang terkena penyakit di sentra peternakan China.
Indikasi impor babi ini sebenarnya sudah terjadi sejak awal Jumat lalu. Salah satu pejabat di China sempat menyebutkan negosiasi keduanya membuka potensi untuk melakukan impor daging babi.
"Ini hal yang potensial dibicarakan dalam pertemuan Beijing dengan Washington, terutama dengan melanjutkan impor barang-barang pertanian AS menjelang pembicaraan (negosiasi damai) dalam beberapa minggu mendatang," tulis CNBC International akhir pekan.
Sebagian babi yang diimpor akan masuk ke dalam cadangan pemerintah, ujar sumber itu. Meski demikian belum ada target pasti berapa total impor AS, dari total 2 juta ton daging babi yang akan diimpor dalam setahun.
BERLANJUT KE HAL 2
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2LPDB6x
via IFTTT
No comments:
Post a Comment