IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia sedang ditransaksikan bervariasi: indeks Nikkei menguat 0,75%, indeks Shanghai naik 0,75%, indeks Hang Seng jatuh 0,26%, dan indeks Straits Times melemah 0,38%.
Ada sejumlah aksi korporasi yang terjadai pada perdagangan kemarin yang ikut menyertai pergerakan IHSG. Aksi korporasi tersebut dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan menjelang akhir pekan, Jumat (13/9/2019).
1. Giant Mau Tutup Gerai Lagi, Bagaimana Arah Bisnis HERO?
Kabar tak sedap menghampiri sektor ritel Tanah Air. Lagi-lagi PT Hero Supermarket Tbk (HERO) dikabarkan akan menutup salah satu gerai Giant di Poins Square, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Giant adalah satu dari tiga brand yang dinaungi Hero selain Guardian dan IKEA.
Dari pantauan Detiknews, Giant di Poins Square tengah melakukan cuci gudang dari 1 Agustus hingga 29 September mendatang. Toko ini tengah mengobral habis barang dagangannya.
Giant yang berada di lantai dasar Poin Square itu memang sudah menempelkan banyak selebaran pemberitahuan obral besar-besaran. Salah satunya tertulis 'Semua Harus Terjual Habis'.
"Emang lagi obral besar-besaran, cuci gudang," kata salah satu karyawan kepada detikcom, di Poins Square, Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Hingga saat ini CNBC Indonesia belum mendapatkan keterangan resmi dari manajemen HERO terkait informasi detail penutupan gerai ini. Tony Mampuk, Corporate Affairs GM Hero Supermarket menegaskan sudah lagi tak menjabat di posisi tersebut dan merekomendasikan narasumber Hero lainnya.
2. Agustus 2019, Adhi Karya Kantongi Kontrak Baru Rp 6,8 T
PT Adhi Karya Tbk. (ADHI) telah mengantongi kontrak baru sebesar Rp 6,8 triliun hingga Agustus 2019. Jumlah tersebut mencapai 22,66% dari target perolehan kontrak tahun ini yang sebesar Rp 30 triliun.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai kontrak baru tersebut sebagian besar diperoleh dari lini bisnis konstruksi & energi yang berkontribusi sebesar 81,3%, sektor properti sebesar 18,4% dan sisanya dari lini bisnis lainnya.
Sedangkan dari tipe pekerjaannya, sebesar 72,5% disumbang dari pekerjaan gedung, kemudian dari proyek-proyek Infrastruktur lainnya seperti pembuatan bendungan, bandara, jalan kereta api dan EPC sebesar 24,1%, lalu proyek jalan dan jembatan sebesar 3,4%.
Dari sisi segmentasi, realisasi kontrak baru dari pemerintah sebesar menyumbang 19,3%, kontrak dari BUMN sebesar 73,6% dan kontrak dari swasta dan lainnya sebesar 7,1%.
3.Hutchison Dekati Axiata, Ini Respons Manajemen EXCL
Perusahaan konglomerasi asal Hong Kong, CK Hutchison Holdings berencana melakukan kombinasi bisnis nirkabel di Indonesia dengan unit bisnis Axiata Group Bhd di Indonesia yakni PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Kabar ini mengemuka belum lama ini seperti diwartakan Bloomberg yang bersumber dari beberapa eksekutif yang mengetahui pembicaraan ini, dikutip CNBC Indonesia dari Reuters, Selasa (10/9/2019).
Mengemukanya wacana ini kemudian memunculkan spekulasi mengenai kemungkinan operator Tri yang dioperasikan PT Hutchison 3 Indonesia akan melakukan konsolidasi dengan XL Axiata. Merespons informasi ini, manajemen EXCL tak mau berkomentar banyak mengenai rumor yang beredar di kalangan pelaku pasar.
"Kami tidak bisa memberikan tanggapan mengenai informasi yang spekulatif dan di luar otoritas kami. Bila membutuhkan informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Axiata Group sebagai pihak yang terkait," kata Group Head Corporate Communication XL Axiara Tri Wahyuningsih, saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Kamis (12/9/2019).
4. Underwriter IPO Gunung Raja Paksi Pecah Kongsi, Kresna Mundur
PT Kresna Sekuritas diketahui telah mundur sebagai penjamin pelaksana emisi (underwriter) proses penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) PT Gunung Raja Paksi. Mundurnya underwriter ini terjadi pekan lalu, namun proses IPO tetap berlangsung seperti biasa.
Direktur Direktur Utama Gunung Raja Paksi Alouisius Maseimilian mengatakan mundurnya salah satu underwiter ini karena adanya perbedaan visi mengenai investor yang akan diboyong perusahaan.
"Kresna memang sudah bantu dari awal dan tidak ada masalah. Sekarang kan ada UOB, mungkin beda visi saja mengenai investor. Tapi kita tetap kerja sama dengan baik dengan Kresna, hubungannya tetap baik," kata Alouisius kepada CNBC Indonesia, Kamis (12/9/2019).
Hal ini menyusul pengumuman yang diterima CNBC Indonesia yanng ditujukan untuk nasabah Kresna Sekuritas dari perusahaan. Pemberitahuan ini terkait dengan mundurnya sekuritas ini sebagai underwriter sejak 10 September 2019 lalu.
"Sehubungan dengan telah ditanda-tangani Perubahan III Perjanjian Penjamin Emisi Efek Penawaran Umum PT Gunung Raja Paksi pada tanggal 10 September 2019, dengan ini disampaikan bahwa Kresna Sekuritas telah mundur sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek pada IPO tersebut," demikian pengumuman tersebut.
5. Itama Ranoraya Siap IPO, Harganya Rp 315-375/saham
Satu lagi calon emiten yang akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah PT Itama Ranoraya. Perusahaan ini akan melepaskan 400 juta saham atau setara dengan 25% dari modal disetor dan ditempatkan perusahaan, ke publik dengan harga Rp 315-Rp 375/saham.
Direktur Utama Itama Teten W. Setiawan mengatakan perusahaan ini bergerak di bisnis perdagangan dan distribusi alat kesehatan ke institusi kesehatan milik pemerintah dan swasta.
Dana hasil penawaran saham ini pun akan digunakan untuk memperluas jaringan penjualan perusahaan.
"Perusahaan sudah memperoleh beberapa pencapaian melalui kerja sama dengan pemerintah seperti pengadaan alat suntik dan reagensia [pereaksi yang paling banyak digunakan dalam lab] ke Kementerian Kesehatan dan Palang Merah Indonesia," jelas Teten dalam siaran persnya, Kamis (12/9/2019). (hps/hps)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZQ1VON
via IFTTT
No comments:
Post a Comment