Menurut laporan Departemen Keuangan AS, total defisit naik menjadi hampir US$ 1,07 triliun. Ini akibat selisih antara pendapatan dan pengeluaran yang mencapai lebih dari US$ 214,1 miliar pada Agustus.
Terakhir kali pemerintah AS mencatatkan defisit fiskal yang besar adalah pada tahun 2012. Ketika itu defisitnya hampir US$ 1,1 triliun.
Menurut laporan CNBC International, angka defisit yang membengkak ini tidak lepas dari peran Presiden AS Donald Trump. Meski selama kampanye kepresidenannya Trump telah menjanjikan pertumbuhan ekonomi, namun langkah pemotongan pajaknya pada 2017 untuk perusahaan dan perorangan telah membantu menyumbang defisit.
Sebelumnya pada 2016 angka defisit AS hanya sebesar US$ 584,6 miliar.
Memang angka pendapatan sedikit meningkat pada tahun 2019 menjadi sekitar US$ 280 miliar per bulan tetapi pengeluaran juga turut terdongkrak, yaitu rata-rata US$ 377 miliar per bulan atau naik sekitar US$ 25 miliar per bulan lebih dari pada tahun 2018. Sementara defisit tahun lalu adalah senilai US$ 779 miliar.
Selain defisit, utang nasional AS juga turut membengkak. Sekarang ini utang nasional mencapai US$ 22,5 triliun, naik 13% sejak Trump menjabat.
Meski demikian, angka persentase defisit terhadap produk domestik bruto (PDB) AS terbilang rendah. Angkanya turun secara signifikan selama beberapa tahun terakhir, dari setinggi 9,8% pada 2009 menjadi sekitar 5% sekarang ini.
Sementra itu, enam dari 10 orang Amerika ternyata percaya akan kemungkinan resesi di 2020. Hal ini terungkap dari jejak pendapat ABC News/Washington Post yang terbaru sebagaimana dilansir CNBC Indonesia, rabu (11/9/2019).
Dalam jejak pendapat itu, sebanyak 60% warga Amerika menilai resesi benar akan terjadi tahun depan sementara 35% lainnya tidak percaya. Kekhawatiran akan ketegangan perang dagang juga naik 60% sementara 38% lain menilai ketegangan bakal mereda.
Dalam jejak pendapat yang lebih spesifik, ketidakpercayaan pada Trump dalam menangani ekonomi AS naik 47%, sedangkan 46% lainnya percaya ekonomi bisa baik ditangan Trump.
Untuk urusan dengan China, 56% bahkan tidak percaya dengan Trump. Hanya 35% responden yang percaya.
Soal kebijakan Trump bakal berakhir resesi juga naik 43%. Sekitar 43% menilai tidak akan ada bedanya sedangkan 16% menilai akan mengurangi kesempatan resesi.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2NYDecl
via IFTTT
No comments:
Post a Comment