"Saya belum pernah mendengar hal seburuk ini sejak krisis keuangan," kata Summers mengenai kondisi ekonomi AS, dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal.
Summers menyebut ada berbagai alasan yang membuatnya berpandangan demikian. Alasan pertama yaitu kelemahan yang terlihat di sektor manufaktur AS.
Foto: Infografis/Resesi/Edward Ricardo
|
Kemudian perang dagang yang berkelanjutan dengan China. Disusul melambatnya pertumbuhan ekonomi global sebagai tantangan utama.
Selain itu, angka ketenagakerjaan yang sulit untuk menjadi lebih baik serta kepercayaan konsumen yang terlalu fluktuatif juga cukup mengkhawatirkan.
Oleh karenanya, Summers memperingatkan semua hal ini bisa membuat skenario lubang hitam (black hole) terjadi.
"Risiko nyata yang mungkin terjadi adalah 'skenario lubang hitam' di mana baik pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi bisa turun hingga hampir nol dan selanjutnya tetap sangat rendah," katanya kepada Wall Street Journal, yang dikutip Forbes.
"Pengalaman di Jepang, Eropa, atau bahkan AS, adalah bahwa begitu Anda memasuki rezim suku bunga mendekati nol, itu semacam lubang hitam. Ekonomi cenderung ditarik, dan begitu sampai di sana, sulit untuk melarikan diri,".
Ia menambahkan Jepang dan Eropa terbukti tidak bisa menghindari ini. Itu juga bisa terjadi pada AS.
"AS memang lolos, tetapi sepertinya kita ditarik kembali... Di lubang hitam, pertumbuhan ekonomi yang lemah dan inflasi yang rendah menyebabkan suku bunga rendah, dan jatuhnya kepercayaan membuat sulit untuk keluar dari suku bunga rendah,".
Summers juga mengatakan bahwa dalam keadaan seperti itu bank-bank sentral tidak akan siap untuk meluncurkan berbagai kebijakan dan stimulus untuk melawan perlambatan ekonomi.
Meski begitu, Summers mengharapkan akan ada pelonggaran suku bunga lagi oleh bank sentral AS, meskipun ia juga ragu apakah langkah itu akan cukup membantu ekonomi.
"Kemungkinan akan ada pelonggaran yang lebih signifikan dalam kebijakan moneter Federal Reserve," kata Summers.
Sementara itu, era suku bunga negatif dipercaya bakal segera melanda AS. Ekonom senior sekaligus mantan Gubernur The Federal Reserve The Fed Alan Greenspan bahkan percaya hal tersebut akan berlangsung tidak lama lagi.
"Anda melihatnya cukup banyak di seluruh dunia. Ini hanya masalah waktu sebelum lebih menyebar keluar AS," kata Alan Greenspan kepada CNBC Internasional.
Ia mengatakan kini ada lebih dari US$ 16 triliun instrumen utang, yang memberikan hasil negatif di seluruh dunia. Karena bank sentral mencoba untuk melonggarkan kondisi moneter dalam upaya menopang ekonomi global.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/34AJ21M
via IFTTT
No comments:
Post a Comment