Pages

Thursday, July 25, 2019

Karena ECB, IHSG Berpotensi Merana di Akhir Pekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya mampu menguat pada perdagangan Kamis kemarin (25/7/2019) dan menghentikan pelemahan beruntun dalam 3 hari terakhir. IHSG kemarin ditutup pada level 6.401 atau menguat 0,26%.

Untuk perdagangan hari ini Jumat (26/07/2019), Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan bergerak secara fluktuatif dengan kecenderungan melemah terbatas. Pergerakannya akan cenderung dipengaruhi faktor global.

Indeks utama pada bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) pada pagi tadi ditutup melemah, indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing terkoreksi 0,5%, sementara Nasdaq merosot hingga 1%.

Penyebabnya adalah, sikap dari European Central Bank (ECB) yang dovish (kalem) alias mempertahankan suku bunga acuannya.


Meski tidak berkaitan langsung dengan bursa Wall Street, sikap ECB tersebut diperkirakan akan seirama dengan The Fed, bank sentral AS, yang akhir bulan ini akan mengumumkan suku bunganya.

Sebagian pelaku pasar berharap The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 bps (basis poin) menjadi 1,75%-2,00%. Namun, dengan tidak diturunkannya suku bunga ECB, penurunan 50 basis poin sepertinya sulit akan terjadi.

Dengan kondisi perekonomian Eropa yang bisa dikatakan lebih buruk dari AS, ECB tidak memangkas suku bunganya, apalagi The Fed yang dihadapkan pada kondisi perekonomian Negeri Paman Sam yang masih lebih baik.

Karena ECB, IHSG Berpotensi Merana pada Penghujung PekanFoto: ECB Tahan Suku Bunga Acuan (CNBC Indonesia TV)

Dari dalam negeri, penguatan IHSG kemarin didorong oleh investor lokal yang terlihat lebih banyak melakukan pembelian. Adapun investor asing masih cenderung melakukan aksi jualnya dengan nilai jual bersih (net sell) mencapai Rp 375 miliar di pasar reguler.

Beberapa saham yang dijual asing antara lain: PT Bank Mandiri/BMRI (Rp 135 miliar), PT Bank Negara Indonesia/BBNI (Rp 72 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia/TLKM (Rp 57 miliar), PT Semen Indonesia/SMGR (Rp 31 miliar), dan PT Unilever Indonesia/UNVR (Rp 26 miliar).

Secara teknikal, IHSG bergerak mengikuti tren jangka menengahnya yaitu bergerak naik (uptrend). Meski demikian fluktuasi diperkirakan belum akan berakhir lantaran posisinya yang masih bergerak di dekat garis rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average five/MA5).

Karena ECB Menahan Suku Bunganya, IHSG Berpotensi MeranaSumber: Refinitiv

Terbentuknya pola lilin putih pendek (short white candle) menggambarkan kontinuitas tren pergerakan IHSG.

Namun demikian, secara momentum IHSG bergerak di dekat level jenuh belinya (overbought) sehingga potensi koreksi lebih besar, menurut indikator teknikal Stochastic Slow.

Dengan melihat faktor tersebut di atas, ada kemungkinan IHSG akan menutup pekan di zona merah dengan rentang pergerakan 6.325 hingga 6.415. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(yam/tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2LH9CjE
via IFTTT

No comments:

Post a Comment