Pages

Thursday, November 21, 2019

Selain Narada, MI Mana Lagi yang Akan Diperiksa OJK?

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengawasi aset dasar (underlying asset) produk-produk reksa dana merespons penurunan signifikan dari sejumlah reksa dana yang dikelola oleh beberapa perusahaan manajer investasi (MI) dalam sebulan terakhir.

Setidaknya ada 18 produk reksa dana yang ambles signifikan bahkan di atas 30% dalam waktu sebulan terakhir, padahal kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode awal bulan hingga 18 November minus tak sampai 2% atau 1,86%.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan akan menindaklanjuti jika ada temuan baru hasil pemeriksaan.


"Ya nanti kita lihatlah, kalau ada beberapa temuan. Sekarang kita bisa mengawasi itu dari sisi portfolionya dibantu oleh tim KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) ada s-Invest jadi mulai dari mark to market [harga pasar], market monitor, terus compliance terhadap beberapa regulasi terkait dengan produk," kata Hoesen, di Jakarta, Kamis kemarin (21/11/2019).


Sebelumnya, OJK menyatakan pemeriksaan atas perusahaan MI, PT Narada Aset Manajemen masih terus dilakukan dan status suspensi (penghentian sementara penjualan produk) tersebut masih berlaku untuk semua produk perusahaan, bukan hanya 2 produk yang dihentikan.

Mengacu surat OJK tertanggal 13 November 2019 bernomor S-1387/PM.21/2019 yang diperoleh CNBC Indonesia, terungkap bahwa ada penghentian sementara penjualan dua reksa dana milik Narada Aset Manajemen oleh agen penjual reksa dana (Aperd) dengan dasar adanya gagal bayar efek (
default) saham senilai Rp 177,78 miliar.


Gagal bayar Narada atas pembelian beberapa transaksi efek saham diketahui dari aksi pengawasan pada 7 November silam.

Ketika ditanya apakah keterlambatan pembayaran Narada berkaitan dengan
margin call, Hoesen dalam kesempatan sebelumnya menegakan bahwa informasi soal Narada masih harus diteliti.

Margin call
terjadi ketika margin yang tersedia (free margin atau pembiayaan broker) habis, maka si penerima pembiayaan akan mendapat 'surat pemberitahuan' dari broker, yaitu margin call. Ini adalah pemberitahuan untuk menambah deposit dana, karena margin yang ada sudah tidak mencukupi untuk menahan posisi trading.

Selain Narada, 
Hoesen melanjutkan, OJK akan mulai melakukan pengawasan terhadap produk reksa dana lainnya, compliance produk dan cara pengelolaan reksa dana.


Berdasarkan data Infovesta Utama, sebanyak 18 produk reksa dana berkinerja negatif dengan level yang ekstrim dengan imbal hasil (return) ambles di atas 30% sejak awal November ini.

Beberapa di antara ke-18 reksa dana itu, dari total reksa dana beredar 1.914 produk, diduga terpapar jatuhnya harga beberapa saham pada periode yang sama hingga awal pekan ini.

Mengacu data Infovesta, dari jumlah 18 reksa dana itu, di antaranya ada 10 produk dengan kinerja terburuk, empat di antaranya adalah reksa dana yang dikelola Narada, dua adalah kelolaan PT Asia Raya Kapital, dan sisanya dibentuk oleh beberapa manajer investasi lain.

Beberapa manajer investasi tersebut terdiri dari PT Lippo Securities Tbk (LPPS), PT Millenium Capital Management, PT Asanusa Asset Management, dan PT Treasure Fund Investama.

Data Infovesta Utama per 18 November, menunjukkan ke-10 reksa dana tersebut berasal dari reksa dana terbuka baik dari reksa dana saham maupun reksa dana campuran, dengan rentang pergerakan minus 33,9%-49,19%.

Dari sekitar 660 saham yang tercatat di BEI, ada 10 saham yang memiliki kinerja negatif ekstrim juga yaitu di atas 40%.

Beberapa di antaranya adalah PT Terregra Asia EnergyTbk (TGRA) yang turun sampai -92,05%, PT Dewata Freightinternational Tbk (DEAL) -88,83%, PT Forza Land Indonesia Tbk (FORZ) -72,51%, dan beberapa saham lain.

Wawan Hendrayana, Head of Capital Market Research Infovesta, menilai bahwa kemungkinan reksa dana yang mengalami penurunan kinerja cukup ekstrim dapat disebabkan oleh penurunan kinerja saham-saham yang juga cukup signifikan pada periode tersebut.

"Kalau yang [berkinerja ekstrim negatif dalam periode] 1 bulan terakhir iya, most likely dari kejatuhan saham gorengan."


Benarkah tren NAB reksa dana turun?

[Gambas:Video CNBC]

 

(tas/tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/35qmO25
via IFTTT

No comments:

Post a Comment