Bursa saham Benua Kuning mampu menguat terlepas dari loyonya data perdagangan internasional China. Kemarin (8/9/2019), ekspor China periode Agustus 2019 diumumkan jatuh sebesar 1% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh lebih buruk dibandingkan konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 2%, dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor jatuh 5,6% YoY, menandai penurunan selama empat bulan beruntun.
Untuk diketahui, People's Bank of China (PBOC) selaku bank sentral China sempat terus-menerus melemahkan nilai tukar yuan pada bulan lalu, yakni dengan mematok nilai tengahnya di level yang lebih rendah.
Sebagai informasi, PBOC memang punya wewenang untuk menentukan nilai tengah dari yuan setiap harinya. Nilai tukar yuan di pasar onshore kemudian hanya diperbolehkan bergerak dalam rentang 2% (baik itu menguat maupun melemah) dari nilai tengah tersebut, sehingga pergerakannya tak murni dikontrol oleh mekanisme pasar. Implikasinya, ketika nilai tengah ditetapkan di level yang lebih lemah, yuan akan cenderung melemah di pasar onshore.
Diharapkan, pelemahan yuan tersebut akan mendongkrak kinerja ekspor Negeri Panda, namun kenyataannya tidak seperti itu.
Aksi beli dilakukan di bursa saham Asia seiring dengan ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan dalam pertemuannya bulan ini.
Pada hari Jumat (6/9/2019), penciptaan lapangan kerja AS (di luar sektor pertanian) periode Agustus 2019 diumumkan sebanyak 130.000 saja, jauh di bawah konsensus yang sebanyak 163.000, dilansir dari Forex Factory. Untuk diketahui, pasar tenaga kerja merupakan satu dari dua indikator utama yang dicermati The Fed dalam menentukan keputusan terkait suku bunga acuan, selain juga inflasi.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 8 September 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 91,2%.
Diharapkan dengan adanya pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut, bank akan semakin terdorong untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian AS akan berputar lebih kencang.
Sekedar mengingatkan, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps dalam pertemuannya pada bulan Juli, menandai pemangkasan pertama sejak tahun 2008 silam.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/34xBtsE
via IFTTT
No comments:
Post a Comment