Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (5/9/19) kemarin hingga menyentuh level terlemah dalam 1 bulan terakhir.
Munculnya kabar baik dari berbagai penjuru dunia membuat pelaku pasar meninggalkan yen yang menyandang status aset aman (safe haven) dan masuk kembali ke aset berisiko yang memberikan imbal hasil tinggi.
Pada perdagangan pagi ini, Jumat (6/9/19) yen melemah 0,06% ke level 106,98/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara pada Kamis kemarin mata uang Jepang ini melemah 0,51%..
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam secara resmi menarik kembali RUU ekstradisi yang telah memicu aksi massa selama berbulan-bulan, dilansir CNBC International.
Meredanya tensi geopolitik di Hong Kong, Italia, dan Inggris membuat sentimen pelaku pasar membaik, bursa saham menguat dan aset safe haven mengalami tekanan. Hal ini yang membuat yen "benci" terhadap kabar bagus.
Pembatalan RUU Ekstradisi tersebut menjadi sentimen positif karena protes yang terjadi di Hong Kong sempat dikhawatirkan bakal menjadi fakto penghambat tambahan dalam sejarah hubungan ekonomi AS dan China.
Dari Italia, kisruh politik terjadi setelah muncul rencana pemilu dari Wakil Perdana Menteri, Matteo Salvini berujung pada pengunduran diri Perdana Menteri Giuseppe Conte.
Pecah kongsi antara dua pimpinan tersebut memberikan ketidakjelasan akan nasib Italia. Kini hal tersebut mulai mereda setelah Partai 5 Stars Movement pimpinan Matteo Salvini mencapai kesepakatan dengan Partai Demokratis untuk membentuk pemerintahan baru, sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara itu dari Inggris, aliansi anggota parlemen lintas partai sukses mengalahkan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, sehingga menjegal rencananya mengeluarkan Negeri Monarki tersebut dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (no deal Brexit) pada 31 Oktober, dilansir CNBC International.
Membaiknya faktor politik di beberapa negara tentunya memberikan angin segar bagi pelaku pasar di tengah isu resesi yang terus menggentayangi.
Kabar paling bagus datang dari AS dan China. Kedua negara siap kembali ke meja perundingan dagang di bulan Oktober. Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa delegasi kedua negara melakukan perbincangan via sambungan telepon pada pagi hari ini.
Foto: Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Menteri Perdagangan Wilbur Ross, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro berpose untuk foto dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He, wakil menteri China dan pejabat senior sebelum dimulainya Pembicaraan perdagangan AS-Cina di Gedung Putih di Washington, AS, 21 Februari 2019. (REUTERS / Joshua Roberts)
|
Perbincangan via sambungan telepon ini melibatkan berbagai tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, serta Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
Menurut pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China, kedua belah pihak akan menggelar konsultasi pada pertengahan bulan ini sebagai bagian dari persiapan negosiasi tatap muka di awal bulan depan.
Tekanan bagi yen semakin bertambah setelah dolar AS mendapat momentum penguatan dari data tenaga kerja versi Automatic Data Processing Inc (ADP) Kamis malam. ADP melaporkan sepanjang bulan Agustus perekonomian AS mampu menyerap 195.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 142.000 tenaga kerja.
Data ADP kerap dijadikan acuan data penyerapan tenaga kerja (non-farm payroll) yang akan dirilis pemerintah AS malam ini. Arah pergerakan yen hingga penutupan perdagangan nanti akan dipengaruhi data tersebut yang dirilis pukul 19:30 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2HNBTS3
via IFTTT
No comments:
Post a Comment