Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak fungsi emas sebagai acuan moneter dunia dihapuskan pada tahun 1970-an, daya tarik emas tidak kunjung pudar dengan menjadi aset investasi yang diincar baik ketika dunia lagi resesi maupun makmur.
Seperti kita ketahui, selama berabad-abad emas tidak hanya menjadi instrumen investasi, melainkan juga alat tukar. Setelah munculnya era industrialisasi dan muncul mata uang kertas, emas tetap menjadi acuan nilai alat tukar. Sistem ini resmi diberlakukan secara internasional setelah perang dunia ke-2, lewat konferensi di hotel Bretton Woods pada tahun 1944.
Sebanyak 44 negara (mayoritas adalah pemenang perang atau blok sekutu) berkumpul di New Hampshire, Amerika Serikat (AS) dengan diwakili 730 delegasi. Di sinilah sistem keuangan Bretton Woods disepakati, di mana mata uang Amerika Serikat (AS) yakni dolar AS menjadi acuan utama uang dunia.
Untuk itu, AS menjaga nilai kursnya dengan memakai cadangan emas. Setiap 35 dolar AS di-backup dengan emas seberat 1 troy ons yang disimpan di Fort Knox. Namun pada 1971, Presiden AS Richard Nixon secara sepihak membatalkan sistem ini karena aksi jual dolar AS oleh Prancis dan Spanyol, untuk menukarnya dengan emas, yang menekan Negara Adidaya itu.
Setelah emas tak dipakai sebagai acuan dolar AS, harga emas tertekan? Ternyata tidak. Harga logam mulia justru melonjak dengan kenaikan rata-rata 34% per tahun, dari US$35 per troy ons (1970) menjadi US$500/troy ons (1980). Kenaikan ini natural untuk mengimbangi kenaikan inflasi yang ditekan puluhan tahun sejak sistem Bretton Woods dengan sistem pegged currency.
Sejak tahun 1969 sampai dengan sekarang, alias setengah abad, harga emas telah meroket 4.187% dari US$35/troy ons menjadi US$1.523/troy ons. Sepanjang tahun ini saja, emas sudah menguat US$241 atau 18,8%.
Aksi borong emas oleh bank-bank sentral dalam setahun terakhir kian mengukuhkan posisi penting emas. People's Bank of China (PBoC) menargetkan pembelian emas 15 ton per bulan sejak awal 2019, menjadi bagian dari bank-bank sentral negara lain yang juga memburu emas.
Dalam rilis yang dipublikasikan 1 Agustus itu, World Gold Council (WGC) menyebutkan permintaan emas oleh bank sentral dunia sepanjang kuartal II-2019 mencapai 224 ton. Selama 1 dekade terakhir, mereka memborong 4.300 ton emas, menjadikan total kepemilikan emas bank sentral menjadi 34.000 ton.
NEXT(ags/ags)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/34w36lS
via IFTTT
No comments:
Post a Comment