Saat ini Bulog masih menunggu rekomendasi impor dari Kementerian Pertanian dan izin impor dari Kementerian Perdagangan. Serangkaian tahapan pun bakal dilewati Bulog.
"Surat penugasan sudah ada tapi izin impor belum ada. Nggak mudah, karena daging harus sudah dipastikan kualitas bagus, dan harus ada rekomendasi MUI, proses pemotongan gimana, sekarang belum masih ada prosesnya karena belum ada izin impor," kata Buwas kepada CNBC Indonesia, Kamis (12/9/2019).
Jikapun izin impor sudah keluar, daging sapi baru akan datang pada bulan depan sebab dibutuhkan proses lelang di negara asal daging sapi.
Alasan impor, selain untuk stabilisasi harga, juga untuk mengurangi ketergantungan impor sapi dari Australia yang harganya lebih mahal. Menurutnya, daging sapi dari Brasil lebih murah 30% dari Australia.
Ia yakin, dengan masuknya daging sapi dari Brasil, Australia akan menurunkan harga.
"Mahalan Australia walaupun yang satu dekat yang satu jauh. Tapi dengan masuk dari Brasil, mungkin dengan adanya saingan, Australia mungkin akan turunkan. Brasil juga dagingnya bagus yang sama-sama frozen (daging beku). Makanya jangan monopoli deh. tapi persaingan itu bagus," ujar Enggar, Rabu (21/8/2019).
Keunggulan daging sapi dari Australia adalah kepastian soal bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) karena Negeri Kangguru ini bebas dari PMK atau country based. Sedangkan Brasil belum sepenuhnya bebas, karena masih zone based.
Sebelumnya, pemerintah menjajaki mengimpor 50 ribu ton daging sapi melalui skema penugasan BUMN antara lain Perum Bulog, Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan PT Berdikari. Perum Bulog mendapat alokasi 30 ribu ton, dan PT Berdikari dan PPI masing-masing 10 ribu ton.
(sef/sef)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2NW7uVg
via IFTTT
No comments:
Post a Comment