Eskalasi perang dagang AS-China menjadi faktor yang memantik aksi jual dengan intensitas yang besar di bursa saham kedua negara. Kemarin (1/8/2019), Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak perang dagang. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 September.
Kabar buruk ini datang pasca kedua negara baru saja menggelar negosiasi dagang di China. Pada hari Selasa (30/7/2019) delegasi AS bertandang ke Shanghai untuk menggelar negosiasi dagang dengan pihak China.
Negosiasi tersebut kemudian berakhir pada hari Rabu (31/7/2019). Namun, melansir Reuters, negosiasi yang digelar pada hari Rabu berakhir lebih cepat dari yang dijadwalkan.
Sejatinya, kedua belah pihak mendeskripsikan bahwa negosiasi dagang selama dua hari tersebut berlangsung konstruktif. Namun, memang ada hawa negatif dari negosiasi dagang tersebut yakni kedua pihak sama-sama tak mengumumkan langkah konkret apapun yang akan diambil guna mempercepat penandatanganan kesepakatan dagang.
Malahan, terdapat perbedaan yang signifikan dari pernyataan kedua negara terkait dengan langkah konkret tersebut. Pihak AS menyebut bahwa China kembali menyatakan komitmennya untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah yang lebih besar, sementara pihak China hanya menyebut bahwa delegasi kedua negara mendikusikan hal tersebut tanpa menyebut adanya komitmen apapun.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di China dan Hong Kong.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2KfkxOg
via IFTTT
No comments:
Post a Comment