Pages

Thursday, August 22, 2019

Harga Batu Bara Lesu, Laba Adaro Melesat 52% Tembus Rp 4,2 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan batu bara PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) mampu mengantongi kenaikan laba bersih mencapai 52% di semester I-2019 secara year on year (YoY) di tengah masih rendahnya harga baru bara dunia.

Berdasarkan data laporan keuangan ADRO, laba bersih tersebut tercatat sebesar US$ 296,85 juta atau setara dengan Rp 4,15 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$), naik dari laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya US$ 195,38 juta atau Rp 2,74 triliun.

Pencapaian kinerja laba tersebut terjadi seiring dengan pendapatan perusahaan yang naik 10,24% menjadi US$ 1,77 miliar atau sekitar Rp 24,85 triliun dari sebelumnya US$ 1,61 miliar.


Perusahaan juga mendapatkan pemasukan dari nilai bagian atas keuntungan neto ventura bersama senilai US$ 60,03 juta.

CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan peningkatan laba bersih ini didorong oleh strategi perusahaan yang berhasil menerapkan disiplin biaya untuk mempertahankan margin yang sehat di tengah tantangan makro dan ketidakpastian pasar batu bara global.

"Walaupun harus waspada terhadap perkembangan industri di tahun ini, kami masih optimistis terhadap fundamental pasar batu bara di jangka panjang," katanya dalam keterangan resmi, Jumat (23/8/2019).

"Model bisnis kami terbukti tangguh dalam menghadapi siklikalitas [kondisi bisnis dan kondisi perekonomian] industri ini dan memungkinkan perusahaan untuk mengelola pasar di jangka pendek," kata Garibaldi.

Adaro, katanya, juga berkomitmen terhadap penciptaan nilai yang berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan, yang juga meliputi kontribusi dalam bentuk royalti dan pajak kepada Pemerintah Indonesia.

Dari sisi EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) operasional Adaro mencatat capaian sebesar US$ 691 juta atau naik 17% dari sebelumnya US$593 juta dan mempertahankan margin EBITDA operasional yang tinggi pada tingkat 39%.

"Hal ini sesuai dengan panduan EBITDA
untuk satu tahun yang berkisar US$1-1,2 miliar," tulis manajemen ADRO.

Laba inti perusahaan juga naik
38% menjadi US$ 371 juta, posisi keuangan tetap sehat dengan saldo kas sebesar US$ 895 juta. Adapun rasio utang bersih terhadap ekuitas dan utang bersih terhadap EBITDA operasional dalam 12 bulan terakhir masing-masing mencapai 0,09 kali dan 0,26 kali.

"Total kontribusi kepada Pemerintah Indonesia dalam bentuk royalti dan pajak penghasilan badan mencapai total US$ 356 juta pada semester I 2019," tulis manajemen.

Produksi Adaro 
pada semester I-2019 naik 18% yoy menjadi 28,47 metrik ton dan penjualan batu bara naik 21% yoy menjadi 28,77 metrik ton.

"Tingginya permintaan untuk batu bara
Adaro selama periode ini dan kinerja operasi yang tinggi mendukung peningkatan tersebut. Harga jual rata-rata gabungan untuk batu bara Adaro turun 9% yoy dan turun 3% qoq [kuartal ke kuartal] karena industri batu bara menghadapi berbagai tantangan yang mempengaruhi harga batu bara global."

Simak Adaro Power bangun PLTS di Papua.

[Gambas:Video CNBC]

(tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2HkxaHh
via IFTTT

No comments:

Post a Comment