Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa pemangkasan suku bunga acuan tersebut sejalan dengan perkiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang tetap menarik.
"Serta sebagai langka pre-emptive lanjutan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat," ujar Perry di Gedung BI, Kamis (24/10/2019).
Adapun suku bunga Deposit Facility juga turun sebesar 25 bps menjadi 4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,75%.
Menurut Perry, kebijakan ini didukung strategi operasi moneter yang terus diperkuat untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.
BI mencatat bahwa pertumbuhan kredit hingga Agustus 2019 sebesar 8,59%, realisasi ini melambat dibandingkan dengan bulan Juli 2019 yang mencapai 9,58%.
Meski terjadi perlambatan, BI memproyeksi pertumbuhan kredit hingga akhir tahun masih mencapai sekitar 10%-12%. Sedangkan untuk tahun depan bisa mencapai 11%-13%.
"Pertumbuhan kredit melambat terutama dipengaruhi oleh masih terbatasnya permintaan kredit korporasi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (24/10/2019).
Menurut Perry, lewat penurunan suku bunga acuan BI, akan diikuti oleh penurunan bunga kredit bank, yang akan membuat permintaan kredit perbankan naik. Sehingga pertumbuhan ekonomi akan tedongkrak ke depannya.
Saat ini, bunga deposito perbankan sudah tercatat turun 26 basis point (bps) atau 0,26%. Dia berharap dengan penurunan bunga acuan BI hari ini, bunga deposito akan turun lagi.
"Suku bunga kredit turun lebih lama dari deposito, tapi cenderung ke depan dan kami harapan perbankan turunkan lebih lanjut terutama kredit agar pembiayaan kredit meningkat," ujar Perry.
BI meyakini kredit perbankan masih bisa tumbuh sesuai sasaran karena melihat pada kuartal akhir setiap tahunnya permintaan kredit selalu besar.
Selain itu, transisi penurunan suku bunga kredit perbankan akan terlihat di akhir tahun, sejalan dengan penurunan suku bunga yang telah dilakukan BI.
"Kami yakin kenapa masih pasang 10%-12%, karena ke depan penyaluran kredit akan tinggi, di pola triwulan IV biasanya lebih tinggi," kata dia.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Waw2MB
via IFTTT
No comments:
Post a Comment