Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai potensi penurunan suku bunga acuan domestik menjadi 5% dari sekarang 5,25% dapat memperpanjang reli yang terjadi sejak 2 pekan lalu, yang terutama juga didukung sentimen positif pasar keuangan global yang membuat investor dunia sedang dalam mode 'risk-on' atau mengejar return ke aset lebih berisiko.
Aset berisiko tersebut tentunya termasuk aset keuangan di pasar modal Indonesia yang termasuk negara berkembang, terutama pasar saham dan pasar obligasi.
"Sentimen positif itu mendorong investor untuk masuk ke aset berisiko dan menurunkan minat ke aset yang dianggap lebih aman [safe haven assets], yang dapat dilihat dari penguatan pasar saham Amerika Serikat [AS] semalam," ujar Ariawan dan tim dalam risetnya pagi ini (24/10/19).
Penguatan pasar saham Wall Street di AS dan bursa dunia, tuturnya, disebabkan oleh positifnya pelaku pasar terhadap rilis kinerja emiten periode kuartal III-2019 di Negeri Paman Sam yang tidak hanya perusahaan lokal tetapi juga global.
Dia menambahkan optimisme tersebut masih diselimuti oleh positifnya aura damai dagang AS-China yang semakin mesra.
"Dengan potensi penguatan harga obligasi ke depannya, maka beberapa seri surat utang negara [SUN] seperti FR0081, FR0078, FR0082, FR0080, dan FR0079 masih tetap menarik untuk dijadikan pilihan investor."
Dia mengatakan kemarin, bertepatan dengan pengumuman susunan kabinet pemerintahan baru presiden terpilih Joko Widodo, nilai transaksi obligasi di pasar mencapai Rp 21,7 triliun, lebih tinggi daripada rerata transaksi harian sejak awal bulan Rp 12,5 triliun per hari dan rerata sejak awal pekan ini Rp 13,9 triliun per hari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2N8R8H2
via IFTTT
No comments:
Post a Comment