Pages

Thursday, October 31, 2019

China Skeptis Damai Perang Dagang Terjadi, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah China meragukan bakal ada perjanjian jangka panjang terkait perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Sebagaimana ditulis Bloomberg, Beijing ragu akan ada kesepakatan yang komprehensif.

Dari sumber yang mengetahui masalah tersebut, media AS itu menulis China tidak akan mengalah pada poin-poin yang "dipaksakan" bahkan poin tersulit sekalipun. Ini berarti pembicaraan yang sampai sekarang tengah terjadi masih sangat alot.


Sifat "impulsif" Presiden AS Donald Trump pun menjadi kekhawatiran dan berisiko. Trump dicap sebagai pemimpin yang bisa mundur kapan saja dari kesepakatan yang sudah dimuat, meski sudah mendeklarasikan keinginan untuk damai beberapa minggu sebelumnya.

"Para pejabat China menyampaikan harapan yang rendah bahwa negosiasi di masa depan dapat menghasilkan sesuatu yang berarti-kecuali AS bersedia untuk menurunkan lebih banyak tarif," tulis Bloomberg.

"Orang-orang yang mengetahui posisi China mengatakan bahwa tarif tidak akan segera dihapus (AS) melainkan menjadi bagian dari tahap berikutnya... China juga ingin Trump membatalkan tarif yang berlaku 15 Desember." tulis media itu lagi.

Pada Oktober, Trump mengumumkan bahwa AS-China sudah mencapai kesepakatan damai "fase pertama" dengan China. Ia pun menambahkan akan mulai "fase kedua" setelah penandatangan fase pertama dilakukan.

Trump berujar perjanjian akan membahas kekayaan intelektual, jasa keuangan termasuk janji China untuk membeli produk pertanian AS dengan nilai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar.

Kesepakatan juga terkait pembatalan pemberlakuan tarif bea masuk baru pada US$ 250 barang China ke AS. Namun banyak yang tidak yakin dengan ucapan Trump seiring belum ada bukti dokumentasi jelas terkait poin-poin itu.


Meski China skeptis, terkait akan adanya perjanjian perang dagang dalam jangka panjang, Trump mengaku bakal segera mengumumkan tempat baru untuk penandatanganan resmi kesepakatan dagang baru kedua negara.

Bahkan ia sesumbar kesempatan tahap satu sebagai perjanjian jangka panjang. Ini ditulis Trump dalam media sosialnya Kamis.

"China dan AS tengah menyeleksi tempat baru untuk menandatangani perjanjian perdagangan fase pertama, atau setidaknya sekitar 60% dari total kesepakatan, setelah Chile membatalkan karena kejadian yang tidak terkait," cuit Trump.

"Lokasi baru akan segera diumumkan. Presiden Xi dan President Trump akan melakukan penandatanganan," tegasnya lagi.

Sebelumnya Chile mundur sebagai tuan rumah KTT APEC November ini. Padahal dalam KTT yang diselenggarakan pertengahan bulan itu, China dan AS akan meneken poin perdamaian.

Kerusuhan di Chile menjadi penyebab. Negara itu tengah dilanda demonstrasi besar-besaran karena reformasi kebijakan ekonomi, penarikan subsidi pada ongkos transportasi.

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/34iiq4t
via IFTTT

No comments:

Post a Comment