Pages

Tuesday, September 24, 2019

Pengembang Properti: Bunga KPR RI Seharusnya Single Digit!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengembang properti di Tanah Air meminta bank-bank nasional menurunkan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Jika ini tak dilakukan, akan sulit untuk meningkatkan penjualan properti nasional.

Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Bidang Properti, Regulasi dan Perundang-undangan Ignesjz Kemalawarta mengatakan idealnya suku bunga KPR di Indonesia saat ini pada kisaran 9%-10%. Selanjutnya secara gradual bisa turun lebih rendah lagi sama seperti bunga KPR di negara-negara tetangga pada kisaran 4%-8%.

"Bank seharusnya sudah menurunkan suku bunga, karena Bank Indonesia (BI) sudah beberapa kali menurunkan suku bunga. Idealnya bunga kita single digit lah, 9%-10%," kata Ignesjz, kepada CNBC Indonesia, Rabu (25/09/2019).


Ignesjz menambahkan, sudah seharusnya perbankan nasional menurunkan bunga KPR karena tingkat net interest margin (NIM) perbankan Indonesia tinggi, lebih dari 5%.

"Kami menunggu bagaimana pemerintah bisa mendorong bunga KPR itu bisa turun," tambah Ignesjz.

Tahun ini, BI telah tiga kali berturut-turut menurunkan suku bunga sebesar 75 bps, saat ini suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 5,25%.

BI sebelumnya juga berharap, perbankan juga akan menurunkan suku bunga deposito dan kreditnya.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, menurunnya suku bunga yang setelah tiga kali turun berturut-turut, akan membuat bank-bank bisa menambahkan kapasitasnya dalam menyalurkan kredit. Selain itu, juga akan meningkatkan permintaan kredit dan pembiayaan.

"Sehingga demand dan supply akan mendorong kredit dan pembiayaan. Memang kita harapkan bank-bank juga akan menurunkan suku bunga deposito dan kreditnya," ujar Perry saat melakukan konferensi pers di BI, Kamis (19/9/2019).

Apabila perbankan bisa menurunkan bunga kredit dan depositonya, lanjut Perry, tentu dapat mendorong penyaluran kredit. Meskipun akan membutuhkan waktu. Tapi, Perry meminta agar secepatnya dilakukan.

Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi akan tumbuh positif seiring meningkatnya permintaan kredit.

"Tapi jangan lama-lama. Supaya tidak hanya kapasitas kredit naik, permintaan kredit juga naik, sehingga investasi naik, konsumsi naik. Pertumbuhan ekonomi naik," paparnya.

Bank Indonesia mencatat bunga kredit sejak Desember 2018 sampai dengan Juni 2019, sudah turun 18 basis point (bps). Sementara pada Juli 2019 sampai Agustus 2019, sudah turun 4 bps.

"Kita mengharapkan lebih turun lagi. Dan lebih cepat lagi, supaya ekonomi terus bergerak," kata Perry.

Adapun berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juni 2019, kredit bank untuk konsumsi telah mencapai 11,57%, kredit bank untuk investasi sebesar 10,24%, dan kredit untuk modal kerja sebesar 10,42%.

(hps/tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2lzyEWn
via IFTTT

No comments:

Post a Comment