Ketua Asosiasi pedagang Daging Indonesia (APDI), Asnawi mengatakan, masuknya daging dari Brasil akan memberikan masyarakat pilihan terutama dari segi harga daging impor. Pasalnya selama ini daging impor yang mendominasi di pasaran berasal dari India dan Australia dengan disparitas harga yang tinggi.
Maka dengan masuknya daging Brasil ini, disparitas harga daging sapi impor akan semakin kecil. Dengan demikian akan berdampak positif bagi persaingan usaha.
"Disparitas daging kerbau India dan daging sapi dari Australia ditingkat eceran itu antara Rp 20 ribu - Rp 30 ribu. Begitu juga untuk antara sapi Brasil dan sapi Australia, itu ada disparitas harga tapi hanya Rp 5 ribu - Rp 10 ribu," kata dia saat berdialog dengan Erwin Surya Brata dalam Closing Bell, CNBC Indonesia (Rabu,18/9/2019).
Namun, ia menekankan semua daging yang masuk ke RI harus dipastikan halal. Itu menjadi suatu keharusan terutama Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak.
"Kalau bicara tentang label halal, itu keharusan yang harus dilakukan negara ekportir jika mereka memang ingin masukan produk ke RI. Karena Indonesia terbesar penduduk muslimnya. Oleh karena itu jadi keharusan negara eksportir untuk masukan produknya menggunakan dan mencantumkan label halal," jelasnya.
Sementara itu, ia menekankan pengusaha daging dalam negeri tidak terlalu tergangu dengan bertambahnya asal negara importir daging sapi ke Indonesia. Pasalnya produk lokal memiliki pangsa pasar sendiri.
"Kalau yang lokal memiliki ciri khas tersendiri dalam pasar. Dalam kaitan segementasi pasar daging lokal yakni pasar tradisional. Kami lakukan riset pada 2017- 2018, konsumsi masyarakat di pasar tradisional pengen daging fresh dan gak frozen. Orientasi daging impor tidak terlalu berdampak di pasar tradisional. Jika kita gelontorkan dan jual frozen maka gak akan disentuh," tegasnya.
(gus)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2NqIBBP
via IFTTT
No comments:
Post a Comment