Pada Jumat (2/9/2019) pukul 07:32 WIB, harga emas di perdagangan pasar spot berada di US$ 1.519,5/troy ons. Naik tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, harga emas anjlok sampai 2,14%. Oleh karena itu, komoditas ini punya energi untuk mengalami technical rebound.
Meski rebound, tetapi kenaikan harga emas tidak bisa terlalu banyak. Sebab di sisi lain, minat investor terhadap instrumen berisiko (risk appetite) sedang tinggi.
Kemarin, beredar kabar yang membuat pelaku pasar girang. Amerika Serikat (AS) dan China sepakat untuk bertemu di Washington untuk melanjutkan dialog dagang pada Oktober. Pada pertengahan bulan ini, akan digelar pertemuan level deputi di ibu kota Negeri Paman Sam.
"Secara pribadi, saya merasa AS sudah jengah dengan perang dagang. Sulit untuk menghancurkan kekuatan China. Oleh karena itu, kemungkinan akan ada terobosan dalam pertemuan kedua negara," kata Hu Xijin, redaktur di harian Global Times (yang dikelola pemerintah China), seperti diberitakan Reuters.
Setelah AS dan China saling menerapkan bea masuk baru pada 1 September, investor awalnya sempat putus harapan. Perang dagang sepertinya akan bertahan lama, setidaknya selama presiden AS masih Donald Trump.
Namun kini keputusasaan itu perlahan pudar. Ternyata masih ada harapan AS-China bisa mencapai damai dagang. Ketika kedua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi sudah berbaikan, tidak lagi saling hambat, maka rantai pasok global akan pulih. Arus perdagangan dan investasi kembali semarak, sehingga kita boleh berharap akan ada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Pasar yang berbunga-bunga membuat aset aman seperti emas tidak menjadi pilihan utama. Investor yang sedang bergairah memilih untuk mengambil instrumen berisiko yang memberikan cuan lebih banyak. Tidak heran harga emas cuma bisa naik tipis, meski kemarin anjlok lumayan dalam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2HP0dCW
via IFTTT
No comments:
Post a Comment