Dalam sebuah rapat tertutup dengan sebuah kelompok, Lam mengatakan dirinya telah menyebabkan "malapetaka tak termaafkan" dengan memicu krisis politik yang melanda hub keuangan dunia itu. "Jika saya punya pilihan, hal pertama adalah berhenti, setelah membuat permintaan maaf mendalam," katanya sebagaimana dilansir CNBC Indonesia, Selasa (3/9/2019).
Ia mengaku, dirinya hanya memiliki ruang terbatas untuk menyelesaikan krisis. Apalagi ia harus melayani pemerintah China sekaligus rakyat Hong Kong.
"Ruang Kepala Eksekutif, yang sayangnya harus melayani dua tuan dengan konstitusi yaitu pemerintah pusat (China) dan Hong Kong, ruang politik untuk bermanuver sangat, sangat, sangat terbatas," ujarnya lagi.
Dalam rekaman tersebut, Lam juga mengatakan Beijing belum akan memberlakukan batas waktu untuk mengakhiri krisis menjelang perayaan Hari Nasional yang dijadwalkan 1 Oktober. Ia menegaskan China sama sekali tidak punya rencananya untuk mengerahkan pasukan militer ke Hong Kong.
Krisis Hong Kong merupakan yang terbesar pasca protes Tiananmen tahun 1989. Demonstrasi yang terus terjadi sejak Juni, berawal dari RUU ekstradisi dan merambat ke keinginan untuk melepaskan diri dari China.
Akhir pekan lalu, demonstrasi besar menghancurkan wilayah Wanton. Para pendemo bentrok dengan polisi, saling lempar bom molotov dan gas air mata.
Para pendemo pun menargetkan Bandara Internasional Hong Kong untuk menarik perhatian masyarakat global. Sejumlah pemblokiran dilakukan pada akses ke bandara. Alhasil banyak penerbangan dibatalkan.
Lam sebenarnya telah berupaya meredam kerusuhan dengan memberikan proposal berisi lima permintaan para pengunjuk rasa ke pemerintah China. Sayangnya, proposal tersebut ditolak China.
Sementara itu, tiga orang yang hadir dalam pertemuan tersebut, membenarkan pernyataan Lam. Rekaman tersebut berdurasi 24 menit.
Sementara Juru bicara Lam mengatakan Lam menghadiri dua acara pekan lalu, bersifat pribadi dan dengan pengusaha. "Kami tidak dalam posisi mengomentari apa yang ia katakan," ujar Juru Bicara Lam.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/30Y60he
via IFTTT
No comments:
Post a Comment