Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan energi terbarukan asal Spanyol, Kemtecnia, menyiapkan investasi 5 juta euro (sekitar Rp 80 miliar) untuk menggarap smart micro-grid guna mendorong elektrifikasi di daerah terpencil atau pedesaan Indonesia.
Direktur Utama Kemtecnia Tomas Dominguez mengatakan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan ini didesain untuk terhubung dengan jaringan listrik nasional (on grid) serta standalone (off grid) untuk daerah-daerah yang belum terjangka listrik seperti pulau terpencil.
"Kami ingin berinvestasi senilai 5 juta euro, dan sedang berdiskusi dengan beberapa perusahaan lokal untuk bekerja sama menggarap pasar pembangkit listrik mini ini, yang berbasis energi angin dan matahari," tuturnya kepada CNBC Indonesia, pada Senin (2/9/2019).
Selain menggandeng perusahaan swasta, Kimtecnia juga menggandeng Universitas Darma Persada (Unsada) untuk melakukan riset & pengembangan agar teknologi tersebut semakin terjangkau (feasible) di Indonesia, dan melakukan sosialisasi serta pelatihan (training).
Rektor Unsada Tri Mardjoko mengatakan pembangkit listrik mikro ini bisa membatu PLN mengelektrifikasi desa yang belum tersentuh listrik, yang jumlahnya mencapai 3.700 desa, serta menggenjot porsi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional.
"Karena jaringan PLN tidak dapat menjangkau desa-desa ini akibat lokasinya yang tersebar, minimnya ketesediaan bahan bakar, kesulitan dan harganya mahal, maka perlu terobosan teknologi smart micro-grid dengan menggunakan sumber energi terbarukan," tuturnya.
Sistem tersebut, lanjut Tomas, hanya memerlukan waktu konstruksi 3 hari, dan bersifat mobile. Sistem pembangkit berbasis internet dan kecerdasan buatan (artificial intelligent) tersebut hanya memerlukan 3 orang untuk pengoperasian dan bisa dipantau dari jarak jauh (remote).
Minimum listrik yang dihasilkan adalah sebesar 36 killowatt peak (kwp), yang bisa digunakan untuk mengaliri listrik bagi 5 hingga 10 keluarga. Namun, kapasitasnya bisa dinaikkan 30 kali hingga mencapai 800.000 kwp per tahun dengan masa pakai hingga 30 tahun.
"Pelabuhan Tanjung Emas Semarang misalnya membangun grid ini dengan menghasilkan sekitar 800 Kwp dari energi matahari dan energi angin," tutur Tomas.
(ags)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZJ5h1N
via IFTTT
No comments:
Post a Comment