Sebelumnya, pada perdagangan Jumat kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan ditutup menguat 0,63% ke level 6.328,47, menandai penguatan selama empat hari berturut-turut.
Laju IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan menguat: indeks Nikkei melejit 1,19%, indeks Hang Seng naik 0,08%, indeks Straits Times terapresiasi 0,64%, dan indeks Kospi melonjak 1,78%.
Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee berpendapat, sentimen penggerak pasar di awal pekan ini adalah rilis data inflasi yang diperkirakan masih akan rendah. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan (month-on-month/MoM) berada di 0,16%.
Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan sebesar 3,54% dan inflasi inti tahunan adalah 3,18%.
Hal ini tentu hal positif bagi pasar dan membuka peluang Bank Indonesia untuk kembali mempertimbangkan penuruan 7 days repo.
"Pelaku pasar AS juga punya harapan agar The Fed melakukan penurunan suku bunga acuan pada bulan Septeber ini," kata Hans Kwee, Senin (2/9/2019).
PT Valbury Sekuritas mencermati, sentimen dari luar negeri bersumber dari China dan AS mulai mengenakan tarif tambahan untuk barang-barang impor pada Minggu (1/9/2019).
Ini adalah babak baru eskalasi perang dagang yang telah menekan ekonomi kedua negara meski ada tanda-tanda negosiasi kembali pada bulan ini. China mengenakan tarif 5% pada impor minyak mentah AS, sementara AS akan mengenakan 15% tarif atas lebih dari US$ 125 miliar impor dari China.
"Berlakukanya perang tarif AS dengan CIna menjadi hambatan bagi laju bursa saham Indonesia," tulis Valbury Sekuritas, Senin (2/9/2019).
Valbury Sekuritas memproyeksikan, pada awal pekan ini iHSG akan ditransaksikan pada level support 6.312/6.296/6.288 dan resistance 6.337/6.346/6.362. (hps/hps)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZCcl4p
via IFTTT
No comments:
Post a Comment