Pages

Thursday, August 1, 2019

Trump Again! Straits Times Amblas ke Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama Singapura membuka perdagangan akhir pekan di zona merah seiring dengan kekhawatiran pelaku pasar akan potensi ekskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Indeks Straits Times (STI) dibuka anjlok 0,62% menjadi 3.271,4 poin, dimana dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 5 mencatatkan kenaikan harga, 20 saham melemah, dan 5 saham tidak mencatatkan perubahan harga.

Cuitan Presiden AS Donald Trump kembali memantik aksi jual investor. Dalam kicauan di akun Twitter pribadinya, Trump menegaskan per 1 September mendatang dirinya akan mengenakan tarif impor sebesar 10% untuk produk asal China senilai US$ 300 miliar.

Bahkan dia mengancam dapat memberikan tarif yang lebih tinggi, jika Presiden China Xi Jinping tidak mau bergerak cepat untuk mencapai kesepakatan dagang.

"Perwakilan kami baru saja tiba dari China, di mana mereka mengadakan perundingan yang konstruktif menuju kesepakatan dagang. Kami merasa mampu mencapai kesepakatan dengan China tiga bulan lalu, tetapi sayang China memutuskan untuk negosiasi ulang," ujar Trump di Twitter.

"Perundingan dagang terus berlanjut, dan selagi berunding AS akan menerapkan tambahan kecil 10% bea masuk untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September. Ini tidak termasuk importasi senilai US$ 250 miliar yang sudah dikenakan bea masuk 25%," tambah Trump.

Ekonom dari National Australia Bank, Tapas Strickland, menyampaikan bahwa Trump mencoba melakukan segalanya untuk menekan China dan berharap Beijing akan menyerah, dilansir dari CNBC International.

Akan tetapi, mengingat sikap Negeri Tiongkok beberapa bulan terakhir, China tidak akan mau tunduk dan bisa jadi melawan dengan membalas pengenaan tarif bagi produk AS. Kemudian untuk melindungi ekonominya, pemerintahan Xi dapat menggunakan stimulus.

"Mungkin kemudian China akan membalas dengan intensifikasi hambatan non-tarif, serta China membuat stimulus tambahan," kata Strickland

Kembali bertikainya dua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut akan terus menekan permintaan ekspor produk elektronik Singapura.

Semakin dalamnya koreksi di sektor yang menyumbang hampir sepertiga dari total produksi industri Singapura, membawa kekhawatiran bahwa Negeri Singa dapat jatuh ke jurang resesi. Investor pun kabur dari pasar saham, untuk menghindari resiko.

Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ywV6SM
via IFTTT

No comments:

Post a Comment