Pages

Wednesday, July 24, 2019

Rapat The Fed Kian Dekat, Harga Emas Dunia Rp 640.443/gram

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga emas masih terbatas dengan kecenderungan melemah. Pelaku pasar masih menantikan keputusan tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, yang akan dibacakan di akhir bulan Juli.

Pada perdagangan hari Kamis (25/7/2019) pukul 09:30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melemah tipis 0,06% menjadi US$ 1.427/troy ounce (Rp 640.443/gram; asumsi kurs Rp 14.000/US$).

Sementara harga emas di pasar spot terpantau turun 0,22% menjadi US$ 1.422,69/troy ounce (Rp 640.439/gram).


Adapun pada perdagangan sehari sebelumnya, harga emas COMEX dan spot ditutup menguat masing-masing sebesar 0,13% dan 0,63%.

Hari rapat bulanan Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) The Fed yang semakin dekat tampaknya membuat pelaku pasar tak ingin terburu-buru memborong emas banyak-banyak.

Rapat tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2019 waktu AS atau 1 Agustus 2019 waktu Indonesia.

Pelaku pasar sebenarnya sudah yakin betul pada saat itu The Fed akan menurunkan suku bunga acuan (Federal Fund Rate/FFR).

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan diturunkan 25 basis poin sebesar 74,5%. Sedangkan probabilitas suku bunga acuan turun 50 basis poin sebesar 25,6%. Artinya probabilitas suku bunga acuan tetap ditahan di kisaran 2,25-2,5% sudah tidak bersisa alias 0%.


Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa agresif The Fed menurunkan suku bunga. Setidaknya hingga akhir tahun 2019. Data data indikator makroekonomi AS yang akan dirilis sebelum rapat The Fed bisa jadi merubah sikap (stance) bank sentral.

Salah satu data yang penting adalah pembacaan kedua pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2019 yang disetahunkan (quarterly annualized) dan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti (Core PCE-I) kuartal II-2019.

Core PCE-I merupakan data inflasi inti AS, yang menjadi parameter penting The Fed untuk menentukan kebijakan.

Konsensus memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 akan direvisi dari 3,1% menjadi 1,8%, mengutip Trading Economics. Masih dari sumber yang sama, prediksi konsensus terhadap Core PCE-I naik dari 1,2% menjadi 2%.

Bila benar, angka prediksi tersebut agaknya akan mempengaruhi pasar di dua alam. Penurunan pertumbuhan ekonomi tentu akan menjadi alasan penguat untuk menurunkan suku bunga lebih agresif.

Namun inflasi inti 2% artinya sudah sesuai dengan target The Fed dan mengindikasikan tingkat konsumsi masyarakat masih cukup kuat.

Rapat The Fed Semakin Dekat, Harga Emas Tak Banyak GerakFoto: Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)

Maka dari itu, pelaku pasar masih berjaga-jaga dengan pidato yang akan dibacakan Gubernur The Fed, Jerome Powell, selepas rapat. Nada-nada yang semakin kalem (dovish) bisa membuat ekspektasi terhadap penurunan suku bunga yang agresif kian membuncah.

Sebaliknya, jika Powell malah terkesan hawkish (agresif) ,agaknya penurunan suku bunga akan terbatas.

Tingkat suku bunga acuan sangat mempengaruhi posisi dolar AS terhadap mata uang negara lain. Kala suku bunga acuan turun (bahkan bila sangat dalam), likuiditas dolar akan naik dan menekan nilai tukarnya. Dalam kondisi tersebut, investasi pada aset yang berbasis dolar jadi terpapar risiko penurunan nilai aset akibat perbedaan nilai tukar.

Maka dari itu, jika penurunan suku bunga amat agresif, maka emas akan banyak diborong investor. Emas adalah salah satu instrumen pelindung nilai karena fluktuasi harganya yang relatif lebih kecil dibanding instrumen berisiko.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/taa)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Zb6U8T
via IFTTT

No comments:

Post a Comment