Seperti yang terjadi antara Timor Leste dan Australia, bertahun-tahun alot berunding soal penentuan batas maritim. Ini penting, sebab di tengah-tengah mereka terdapat blok gas raksasa dengan potensi cadangan 5,1 tcf dan diproyeksi bernilai hingga US$ 50 miliar.
Blok gas raksasa yang jadi perebutan hangat adalah lapangan Greater Sunrise yang ada di laut Timor. Blok ini ditemukan pada 1974, berlokasi 150 kilometer tengara Timor Timur dan 450 kilometer timur laut Darwin, Australia.
Perseteruan akhirnya berakhir Senin kemarin, parlemen kedua negara sepakat meratifikasi batas maritim sesuai dengan Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menteri Luar Negeri Australia Marisa Payne mengatakan traktat ini menuntaskan perdebatan super panjang soal perbatasan maritim, "Disetujui di atas tahapan pengembangan blok Greater Sunrise, sekaligus meletakkan landasan untuk babak baru relasi bilateral kedua negara," ujarnya sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (29/6/2019).
Australia menilai perselisihan panjang ini telah mencemarkan reputasi negara tersebut, apalagi saat diseret ke pengadilan arbitrase di The Hague pada 2006 lalu. Timor Leste sempat meminta traktat tersebut dibatalkan setelah mencurigai Australia telah melakukan aksi mata-mata untuk memetik keuntungan komersil selama negosiasi berlangsung.
Kritik juga dilemparkan pemimpin oposisi Australia Anthony Albanese yang mengatakan sikap tak mau mengalah Australia hanya mencemarkan negara baik tersebut, terkesan sebagai negara tetangga yang tak ramah pada negara yang baru lahir.
Peran Greater Sunrise untuk Timor Leste
Buat Timor Leste, Greater Sunrise bisa dibilang cukup penting. Bahkan jadi modal ekonomi negara ini di masa mendatang.
Negara dengan penduduk 1,3 juta jiwa ini mengandalkan ekonominya dari hasil migas lapangan Bayu Undan, namun blok ini akan berakhir kontrak pada 2022 mendatang. Jika tak ada penggantinya, ekonomi bisa goyang.
Dikutip dari Reuters, pengelolaan cadangan Greater Sunrise bernilai 23 kali lipat GDP Timor Leste yang sebesar US$ 2,8 miliar. Blok migas ini terletak di 100-600 meter kedalaman laut, menjadikan pengembangannya berskema laut dangkal dan medium.
Lapangan ini ditemukan pada 1974, dan menurut Woodside selaku kontraktor blok tersebut, cadangan gas blok ini setara dengan sepertiga konsumsi LNG global. Selain hasilkan gas, blok ini juga berpotensi bisa hasilkan produksi minyak mentah ultra light yang signifikan.
(gus/gus)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2YfMwr0
via IFTTT
No comments:
Post a Comment