JAKARTA – Kebakaran hutan dan lahan adalah salah satu bencana yang paling berdampak pada iklim di Indonesia. Besarnya dan intensitas kebakaran pun meningkat cukup signifikan di musim kemarau yang berkepanjangan.
Kebakaran menimbulkan dampak yang sangat besar pada berbagai sektor di Indonesia, kesehatan, pertanian, penerbangan, habitat satwa, dan lingkungan global yaitu emisi karbon yang sangat besar.
Kebakaran pada tahun 2015 dikatakan sebagai "bencana lingkungan terbesar abad ke-21". Sekitar 1,7 juta hektar hutan dan perkebunan hilang, diperkirakan 43 juta orang terkena asap, dan banyak terkena infeksi saluran pernafasan akibat polusi udara.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI mengestimasi kerugian akibat kebakaran tahun 2015 mencapai Rp211 triliun. Pemerintah sendiri sudah mengeluarkan dana penanggulangan sebesar Rp850 miliar.
Sistem peringatan dini kebakaran yang ada saat ini masih bersifat jangka pendek, yaitu dengan kemampuan prakiraan hanya antara 1-7 hari ke depan, seperti Fire Danger Rating Index (FDRS) yang sudah digunakan saat ini. Keberadaan sistem peringatan dini yang dapat memberikan informasi peringatan lebih awal dengan selang waktu musiman (1-6 bulan ke depan) akan lebih efektif.
Menjawab tantangan ini, Pusat Risiko Iklim dan Manajemen Peluang di Asia Tenggara Pasifik (CCROM-SEAP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak tahun 2008 telah melakukan riset pengembangan sistem peringatan dini kebakaran hutan dan lahan berbasis musiman bersama dengan International Research Institute for Climate and Society (IRI), Earth Institute - Columbia University, USA dengan dukungan dana dari USAID melalui Program Kemitraan Universitas (University Partnership).
“Kami mengembangkan sistem peringatan dini kebakaran lahan dan hutan berbasis musiman yang kami sebut dengan Sistem Risiko Kebakaran (Fire Risk System atau FRS). FRS diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah untuk membantu mengantisipasi dan mencegah kebakaran lahan dan hutan melengkapi sistem informasi peringatan dini jangka pendek, yaitu skala harian (1-7 hari ke depan) seperti FDRS dan SiPongi,” ujar Kepala CCROM LPPM IPB Prof. Dr. Ir. Rizaldi Boer, saat konferensi pres di Ruang Sidang Rektor Kampus IPB Dramaga, Bogor (21/8/2018).
Peta prakiraan tingkat risiko kebakaran lahan dan hutan memiliki resolusi yang cukup tinggi yaitu 5x5 kilometer untuk provinsi dan 1x1 kilometer untuk kabupaten. Informasi prakiraan risiko kebakaran di update setiap pertengahan bulan dengan waktu prakiraan 1 sampai 6 bulan ke depan.
(feb)
Sebelumnya
1 / 2
No comments:
Post a Comment