Bahkan, dalam pernyataan yang diberikan pada Minggu (17/11/2019), kementerian perdagangan China mengumumkan ada pembicaraan yang konstruktif antara kedua negara.
Berbicara melalui telepon dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, Wakil Perdana Menteri China Liu He diberitakan membangun diskusi yang signifikan mengenai masalah yang jadi fokus masing-masing negara.
"Kedua belah pihak terus menjaga komunikasi dengan erat," ujar Kementerian perdagangan China sebagaimana dilansir Xinhua sebagaimana dikutip CNBC International.
Sementara itu, pada Jumat lalu, Penasehat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow mengatakan Washington dan Beijing sudah semakin dekat dengan pembicaraan damai.
"Kita sudah dekat," katanya dikutip dari media yang sama. "Irama yang ada cukup baik.".
Sejak Oktober lalu, AS dan China memang sepakat untuk membuat perjanjian perdamaian dagang 'fase pertama'. Namun hingga kini belum jelas, apa, kapan dan seberapa besar penurunan tarif akan dilakukan pada barang-barang kedua negara.
China tetap meminta AS untuk membatalkan sejumlah tarif yang diberlakukan negara itu. China bahkan mengatakan untuk mencapai fase pertama perjanjian perdagangan, kebijakan ini wajib diambil Trump.
Pemberitaan The Wall Street Journal juga mengabarkan kebuntuan pembicaraan. Hal ini diutarakan sumber anonim yang mengikuti jalannya perjanjian, terutama terkait kesepakatan soal teknologi dan pertanian.
Beijing dikabarkan menolak upaya Washington untuk mengekang perkembangan teknologi negeri tirai bambu. Sebelumnya, AS menyerang perusahaan teknologi China dengan narasi, upaya spionase ke AS.
China juga dikabarkan gamang membeli produk pertanian AS. Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump sesumbar China akan membeli barang pertanian AS hingga US$ 50 miliar.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/377tFPw
via IFTTT
No comments:
Post a Comment