"Kami sedang berbicara dengan China, untuk pertemuan pada bulan September, yang belum berubah," kata Trump kepada wartawan di White House South Lawn setelah kembali dari Camp David, seperti dilansir dari CNBC Internasional, Senin (2/9/2019).
Tarif mulai berlaku pada Minggu pagi ke US$ 12 miliar (Rp 1.588 triliun) barang impor China. Tarif sebesar 15% tersebut mencakup berbagai barang konsumen, termasuk semua dari jenis pakaian dan sepatu, hingga beberapa barang elektronik konsumen seperti kamera dan komputer desktop.
China juga melakukan hal yang sama. Pada Minggu, Beijing pun mengenakan tarif pembalasan pada beberapa barang AS di daftar target senilai US$ 75 miliar.
Putaran lain dari tarif AS untuk impor China akan mulai berlaku 15 Desember. Barang yang ditargetkan untuk putaran itu mencakup laptop dan telepon pintar. Secara total, tarif AS pada 1 September dan 15 Desember akan mencapai US$ 300 miliar atas impor China.
Menurut perkiraan JP Morgan, arif baru dapat menelan biaya rata-rata rumah tangga Amerika sebesar US$ 1.000 per tahun. Lebih dari 160 kelompok industri telah menyurati presiden untuk menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap tarif.
Trump telah mengecam perusahaan yang menentang kebijakan perdagangannya. Ia mengatakan perusahaan tersebut "buruk dan lemah,". Ia menilai tarif hanya alasan untuk manajemen yang buruk.
Wall Street terlihat volatile pada Agustus setelah Trump mengumumkan rencananya untuk mengenakan tarif impor China. S&P 500 membukukan 11 gerakan lebih dari 1% dalam 22 sesi perdagangan untuk Agustus.
Pergerakan itu termasuk tiga penurunan setidaknya 2,6% dengan hari terburuk indeks pada 5 Agustus.
Investor juga semakin khawatir tentang penurunan ekonomi setelah pasar obligasi melancarkan sinyal resesi pada Agustus, yang dikenal sebagai inversi kurva hasil. Saat itulah imbal hasil pada obligasi AS 10-tahun lebih rendah dibanding obligasi 2-tahun.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/32nq0Kl
via IFTTT
No comments:
Post a Comment