Pekan ini, IHSG melemah 0,31% secara point-to-point. Penguatan 0,76% pada tiga hari perdagangan terakhir tidak cukup untuk menutup pelemahan yang terjadi dua hari sebelumnya.
Pada awal pekan, koreksi IHSG begitu dalam karena babak lanjutan perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China sudah dimulai. Per 1 September, AS mengenakan bea masuk 15% bagi importasi produk China senilai US$ 125 miliar, di antara berlaku bagi pengeras suara (speaker), headphone, sampai pakaian. Gelombang kedua bea masuk 15% akan berlaku mulai 15 Desember, yang mencakup impor produk China senilai US$ 156 miliar dari mulai alat makan plastik, kaus kaki, lampu LED, sampai dekorasi untuk keperluan Hari Natal.
Sementara China membalas dengan memberlakukan bea masuk 5-10% untuk importasi produk AS senilai US$ 75 miliar. Selain itu, ada kenaikan bea masuk untuk produk yang selama ini sudah menjadi 'korban', misalnya kedelai (dari 25% naik menjadi 30%).
Situasi semakin pelik kala China mengadukan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Menurut Beijing, kebijakan Washington telah berdampak kepada ekspor senilai US$ 300 miliar.
"China telah melakukan tindakan yang unilateral dan kebijakan industri yang agresif kepada para mitra dagangnya untuk secara tidak adil mencuri dan menguasai teknologi. AS menerapkan bea masuk untuk menghapus kebijakan China yang tidak adil dan mengganggu," tegas pembelaan tertulis dari Washington, seperti diberitakan Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(aji/aji)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZUnoBV
via IFTTT
No comments:
Post a Comment