Dalam sepekan terakhir harga minyak mentah global jenis brent turun 4,4%. Untuk minyak mentah acuan Amerika Serikat atau light sweet terkoreksi lebih dalam hingga 4,65%. Kedua jenis minyak mentah tersebut juga ditutup melemah di perdagangan Jumat (27/9/2019). Harga minyak brent ditutup di level US$ 61,91/bbl sementara harga minyak light sweet ditutup di harga US$ 55,91/bbl pada perdagangan kemarin.
Harga minyak mentah sempat melejit hingga 15% setelah adanya serangan drone ke fasilitas kilang minyak Saudi Aramco di Khurais dan Abqaiq. Amerika Serikat mending Iran sebagai dalang peristiwa yang menyebabkan produksi minyak Arab Saudi hilang 5,7 jta barel/hari.
Namun setelah Kementerian Energi Arab Saudi meyakinkan bahwa pasokan minyak akan kembali pulih pada akhir September, harga minyak berangsur pulih. Nyatanya produksi minyak di Arab Saudi memang berangsur pulih walau Arab Saudi sempat membeli minyak ke negara Timur Tengah lain untuk menambal pasokan minyak yang kurang ke berbagai kilang mereka di luar negeri.
Tercatat hingga kamis minggu ini (26/9/2019), produksi minyak Arab Saudi sudah mulai kembali normal ke 11 juta barel/hari. Produksi minyak mentah di kilang Khurais dan Abqaiq juga sudah mencapai masing-masing lebih dari 1 juta barel/ hari dan 3 juta barel per hari.
Sementara itu hal yang tak terduga justru terjadi di Amerika. Cadangan minyak AS yang diprediksi turun hingga lebih dari 200.000 barel ternyata malah naik hingga 2,4 juta barel.
Kembalinya pasokan minyak dari Arab Saudi serta naiknya cadangan minyak AS membuat harga minyak memang kembali terkoreksi.
Sentimen lain yang juga turut mengerek turun harga si emas hitam adalah komentar Presiden AS Donald Trump yang masih saja mengkritik praktik dagang China yang dianggapnya tidak fair. Trump menolak dengan tegas untuk membuat keputusan yang "hard deal" dengan China.
Pernyataan ini tentu memantik kekhawatiran perang dagang masih akan berlanjut dan negosiasi dagang antara keduanya tanggal 10 dan 11 Oktober nanti masih berpotensi alot. Pasalnya perang dagang AS-China telah membuat pertumbuhan ekonomi global melambat dan tentu dapat berpengaruh pada penurunan permintaan minyak.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(twg/twg)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2lN3XNr
via IFTTT
No comments:
Post a Comment