Pages

Monday, August 19, 2019

Bank Sentral Global Siap Cegah Resesi, Yen Melemah Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang mencatat pelemahan dalam 3 hari beruntun pada perdagangan Senin kemarin (19/8/19).

Situasi pasar finansial yang kondusif bahkan "ceria" membuat yen tidak seksi lagi di mata investor. Yen merupakan aset aman atau safe haven yang akan menjadi incaran jika terjadi gejolak di pasar finansial maupun saat terjadi situasi yang menimbulkan ketidakpastian di pasar.

Pada perdagangan pagi ini, Selasa (20/8/19) pukul 7:12 WIB, yen melemah tipis 0,01% ke level 106,63 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dalam 3 hari terakhir, mata uang Negeri Matahari Terbit ini melemah masing-masing 0,21% dan dua kali 0,24%.

Hilangnya isu resesi di Amerika Serikat (AS) sejak Jumat lalu membuat sentimen persepsi pelaku pasar membaik. Potensi terjadinya resesi yang digambarkan oleh inversi yield obligasi AS (US Treasury) sudah mulai hilang pada hari Jumat.


Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah.

Yield Treasury AS kini kembali normal, dan Presiden AS, Donald Trump juga mengesampingkan terjadinya resesi di Negara Adikuasa tersebut.

"Saya pikir kita tidak mengalami resesi, (ekonomi) kita bekerja sangat baik. Masyarakat kita menjadi lebih kaya. Saya memberikan pemotongan pajak yang besar dan mereka mendapat banyak uang" kata Trump kepada reporter, sebagaimana dikutip CNBC International.

Selain itu, bank sentral dunia diyakini akan mengambil tindakan guna mencegah terjadinya resesi.

Beberapa bulan terakhir sudah banyak bank sentral yang menurunkan suku bunga acuannya guna mendongkrak kinerja perekonomian. Dalam dua pekan terakhir semakin banyak bank sentral yang memangkas suku bunga, baik dari negara maju maupun negara berkembang.

Terbaru, pada Sabtu akhir pekan lalu, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) melonggarkan kebijakan moneternya.

Loan prime rate (LPR) diubah oleh PBoC dan dikaitkan dengan medium-term lending facility (MLF) yang berlaku efektif mulai hari Selasa, semua itu sama dengan pemangkasan suku bunga pinjaman sebesar 45 basis poin, menurut analisis dari Bank ANZ, sebagaimana dikutip Reuters.


Simposium Jackson Hole di AS mulai Kamis nanti akan menjadi fokus pelaku pasar. Pertemuan tersebut akan dihadiri oleh bank sentral dan menteri keuangan dari seluruh dunia, sehingga bisa memberikan gambaran bagaimana kondisi finansial global yang kebijakan moneter yang akan diterapkan oleh masing-masing bank sentral.

Ada tiga bank sentral yang akan menjadi sorotan, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), European Central Bank (ECB), dan Bank of Japan (BoJ).

The Fed dan ECB hampir pasti akan melonggarkan kebijakannya pada bulan September, sementara BoJ masih diprediksi kuat juga akan melakukan hal yang sama. Pelonggaran moneter dari BoJ, apalagi adanya stimulus moneter yang besar tentunya akan menekan mata uang yen. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Mr59BQ
via IFTTT

No comments:

Post a Comment