Berikut kurs dolar AS di pasar NDF jelang penutupan pasar kemarin dibandingkan hari ini, Jumat (26/7/2019), mengutip data Refinitiv:
Periode | Kurs 25 Juli (15:56 WIB) | Kurs 24 Juli (07:31 WIB) |
1 Pekan | Rp 13.962,5 | Rp 14.012,5 |
1 Bulan | Rp 14.011 | Rp 14.060 |
2 Bulan | Rp 14.068 | Rp 14.119,5 |
3 Bulan | Rp 14.126 | Rp 14.176,5 |
6 Bulan | Rp 14.298,5 | Rp 14.350 |
9 Bulan | Rp 14.461 | Rp 14.515 |
1 Tahun | Rp 14.623,5 | Rp 14.675 |
2 Tahun | Rp 15.297 | Rp 15.290,3 |
Berikut kurs Domestic NDF (DNDF), yang kali terakhir diperbarui pada 25 Juli pukul 15:28 WIB:
Periode | Kurs |
1 Bulan | Rp 14.015 |
3 Bulan | Rp 14.110 |
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasii 0,11% di hadapan dolar AS. Namun sehari sebelumnya rupiah sempat melemah lumayan parah sehingga dolar AS menembus level Rp 14.000. Jika hari ini rupiah melemah lagi, apakah dolar AS akan kembali mencapai kisaran Rp 14.000? Kita nantikan saja. NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London. Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia. Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah. Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu lalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2JTeOyM
via IFTTT
No comments:
Post a Comment