Pages

Tuesday, August 27, 2019

Yield Obligasi AS Terbalik Lagi, Sinyal Resesi Makin Kencang

Jakarta, CNBC Indonesia - Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US Treasury, kembali mengalami inversi (inverted) atau terbalik ke level yang belum pernah terjadi sejak 2007 pada Selasa (27/8/19).

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri obligasi tenor lebih pendek dibandingkan dengan yield seri obligasi tenor lebih panjang. Kondisi ini kembali menghidupkan ancaman resesi yang telah mereda.

Sebelumnya, isu resesi telah menyebabkan aksi jual di bursa Wall Street AS dan meningkatkan permintaan akan aset-aset aman alias safe haven seperti obligasi pemerintah dan memicu harga emas terus meroket.


Tingginya imbal hasil pada US Treasury ini memicu peningkatan permintaan akan penjualan obligasi tenor 2 tahun yang mencapai US$ 40 miliar, yang merupakan bagian dari pasokan instrumen pendapatan tetap US Treasury milik AS ini senilai US$ 113 miliar minggu ini.

Kurva yield terbalik atau inversi merupakan tanda awal kemunculan resesi AS. "Karena kurva berbalik lebih dalam, itu telah menyebabkan pembelian jangka panjang," kata Mike Lorizio, Head of Treasuries Trading Manulife Asset Management di Boston, dikutip Reuters.

Berdasarkan catatan Departemen Keuangan AS, pemerintah AS menjual obligasi negara tenor 2 tahun terakhir kali dengan imbal hasil 1,516%, yang merupakan rekor terendah sejak September 2017.

Departemen Keuangan akan menjual obligasi fixed-rate tenor 5 tahun senilai US$ 41 miliar pada Rabu, dan menjual obligasi tenor 7 tahun senilai US$ 32 miliar pada Kamis. Lembaga ini juga akan menjual obligasi jenis floating-rate senilai US$ 18 miliar pada Rabu.

Di pasar terbuka, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun adalah 1,488%, turun 5,60 basis poin (bps). Imbal hasilnya sempat mencapai level terendah dalam 3 tahun yakni di level 1,443% pada Senin pekan ini.

Yields Obligasi AS Terbalik Lagi, Risiko Resesi Makin TinggiFoto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Adapun imbal hasil US Treasury tenor 2 tahun lebih tinggi yakni 1,531%, turun 2,00 bps. Pada Senin, angkanya turun ke 1,449%, terendah sejak September 2017. Lazimnya obligasi tenor panjang lebih tinggi imbal hasilnya karena tingkat risiko lebih tinggi.

Akibat terjadi inversi ini, tiga indeks utama di bursa Wall Street tadi pagi terkoreksi, menghapus reli kenaikan yang dialami sejak awal perdagangan.

Di sisi lain, tingkat spread pada Treasury Bill (T-bill) tenor 3 bulan terhadap yield obligasi tenor 10 tahun, melebar sebesar 52 bps. Ini merupakan level yang belum pernah terjadi sejak Maret 2007, menurut data Refinitiv yang dikutip Reuters.

Inversi kurva yang semakin dalam mencerminkan kekhawatiran investor tentang resesi dan ketidakpastian dalam perang dagang antara China dan Amerika Serikat.

"
Itu bukan tanda kepercayaan soal angka inflasi atau kenaikan pertumbuhan [ekonomi]," kata Lorizio.

Pada Senin, Presiden AS Donald Trump mengatakan pihaknya kemungkinan akan membuat kesepakatan dagang dengan China setelah perwakilan dari China melakukan komunikasi untuk meminta diadakan perundingan lagi.

Pernyataan itu langsung ditentang oleh China. Pada Selasa, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pihaknya belum mendengar adanya panggilan telepon baru-baru ini antara AS dan China mengenai masalah perdagangan. 'Kebohongan' Trump ini menimbulkan keraguan apakah dua negara dengan ekonomi terbesar dunia itu dapat mencapai kesepakatan perdagangan di masa mendatang.

Sebuah survei yang dilakukan oleh J.P.Morgan menunjukkan bahwa permintaan obligasi AS mulai berkurang sedikit ketika sejumlah investor memberikan pandangan Netral atas surat utang pemerintah AS tenor panjang. Jumlah pandangan Netral itu meningkat menjadi 54% pada Senin, dari pekan lalu 49%.

(tas)

Let's block ads! (Why?)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/30IgQb0
via IFTTT

No comments:

Post a Comment